Riset Buktikan Emoji Tertawa tapi Menangis Paling Sering Digunakan, Psikolog Ungkap Arti Dibaliknya

- 18 Juli 2020, 20:15 WIB
Emoji wajah tersenyum dengan air mata sukacita.
Emoji wajah tersenyum dengan air mata sukacita. //Antara

PR BANDUNGRAYA - Emoji wajah tertawa dengan air mata sukacita sempat dinobatkan sebagai "Word of the Year" Kamus Oxford 2015, mengalahkan 2.822 emoji lain di dunia. Momen itu juga menjadi yang pertama kalinya bagi Kamus Oxford memilih pictograph dibanding kata itu sendiri sebagai "Word of the Year".

Kini, berdasarkan data Unicode Consortium, emoji wajah tertawa dengan air mata sukacita juga masih menjadi emoji yang paling sering digunakan, yakni dengan angka 9,9 persen.

Emoji tersebut melampaui emoji hati berwarna merah (6,6 persen) dan emoji wajah tersenyum dengan mata berbentuk hati (4,2 persen).

Baca Juga: Update Kasus Editor Metro TV: Polisi Temukan Bukti Baru hingga Curigai 'Kebohongan' Pacar Korban

Organisasi nirlaba yang berbasis di Silicon Valley melakukan riset penggunaan emoji dengan tujuan untuk menyeleksi emoji baru.

"Memahami seberapa sering emoji digunakan membantu memprioritaskan kategori mana yang menjadi fokus," kata Mark Davis, presiden dan salah satu pendiri Unicode Consortium, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-bandungraya.com dari Antara, Sabtu 18 Juli 2020.

Emoji wajah dengan air mata sukacita diperkenalkan pertama kali pada 2010. Emoji ini biasanya digunakan untuk menekankan kelucuan, biasa juga digunakan sebagai respons untuk komentar lucu atau bahkan melembutkan ucapan sarkastik.

Baca Juga: Diduga Ulah Alien, Hutan di Inggris Ditemukan 'Rata', Para Ahli Buka Suara

Misalnya, untuk menggambarkan pertemuan yang tidak ada manfaatnya, pesan dikirim "wow, benar-benar pertemuan yang produktif," dengan menambahkan emoji tersebut di akhir kalimat.

Monica Riordan, psikolog kognitif yang memiliki spesialisasi dalam komunikasi yang dimediasi komputer, sifat berlebihan yang dimiliki emoji wajah dengan air mata sukacita adalah inti dari daya tarik emoji tersebut.

"Pada dasarnya Anda mencoba untuk menyandikan serangkaian isyarat emosional dan sosial yang sangat kompleks ke dalam grafik kecil dan kemudian berharap bahwa orang lain dengan tepat menafsirkan apa yang Anda coba sampaikan," ujar Riordan.

Baca Juga: Cek Fakta: Beredar Foto Habib Rizieq Shihab Menggunakan Serban Berlogo PKI

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa 55 persen komunikasi manusia adalah melalui bahasa tubuh, termasuk gerak tubuh, postur, ekspresi wajah, sementara 38 persen disampaikan oleh nada dan infleksi pembicara.

"Isyarat ini menghilang dalam pesan teks, jadi kita mengimbanginya dengan melebih-lebihkan respons kita," ujar Riordan.

"Kita cenderung menggunakan emoji ekstrem untuk meningkatkan respons. Orang-orang biasanya tidak menangis ketika tertawa," tutur dia.

Baca Juga: Cek Fakta: Tersiar Kabar Pasta Gigi Bisa Gantikan Test Pack untuk Deteksi Kehamilan

Lebih lanjut, Riordan mengatakan bahwa kecenderungan karakter hiperbolik juga bisa melebih-lebihkan kebenaran.

"Karena mereka (penerima pesan) tidak dapat melihat wajah kita atau mendengar nada suara kita, kita sebenarnya dapat menggunakan emoji untuk mengekspresikan emosi yang tidak kita rasakan," kata dia.

Dia menambahkan, intinya, pesan digital membatasi kemampuan kita untuk menyampaikan nuansa atau kehalusan.

Baca Juga: Dinilai Tidak Efektif, Kini Keluar Masuk Jakarta Tak Perlu SIKM, Cukup Gunakan Fitur Aplikasi Ini

Riodan mengatakan, sebagian besar Emoji adalah 'alat pemelihara hubungan". Emoji digunakan untuk mengekspresikan emosi yang ingin diungkapkan pada orang lain.

Namun, menurut Riordan, terkadang emoji wajah dengan air mata sukacita tersebut hanyalah sinyal dari rasa kasih sayang.

"Saya biasanya menggunakan emoji itu untuk tertawa walaupun tidak benar-benar tertawa di kehidupan nyata," ujar dia. Emoji tersebut biasanya ia gunakan saat menanggapi lelucon yang sebenarnya tidak terlalu lucu.

Baca Juga: Cek Fakta: Beredar Foto Habib Rizieq Shihab Menggunakan Serban Berlogo PKI

Tidak semua orang menyukai emoji ini, ada yang merasa emoji tersebut mengejek dan kejam. Riordan mengingatkan bahwa emoji tidak memiliki makna yang pasti.***

Editor: Fitri Nursaniyah

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah