Sudah Capai Uji Klinis Fase 3, Ini Alasan Vaksin Covid-19 Tak Bisa Cegah Gejala Parah atau Kematian

- 22 Oktober 2020, 12:31 WIB
Ilustrasi uji klinis vaksin Covid-19.
Ilustrasi uji klinis vaksin Covid-19. /PIXABAY

PR BANDUNGRAYA - Setidaknya ada enam vaksin Covid-19 yang saat ini tengah dalam uji klinis fase 3 atau pengujian fase terakhir.

Pengujian tahap akhir ini bertujuan untuk membandingkan keamanan dan efektifitas vaksin dibandingkan penggunaan plasebo.

Uji klinis fase 3 bertujuan untuk menentukan apakah vaksin dapat mengurangi risiko terhadap gejala Covid-19 atau tidak.

Baca Juga: Rugikan Negara hingga Rp202 Miliar, KPK Amankan 5 Tersangka dalam 14 Proyek Fiktif PT Waskita Karya

Dilansir dari The Conversation, untuk dapat dicatat sebagai kasus Covid-19, relawan uji klinis harus dinyatakan positif melalui tes swab, dan mengalami berbagai macam gejala.

Uji klinis fase 3 akan memperkirakan berapa banyak orang yang tertular Covid-19 dalam kelompok kontrol, yakni relawan yang tidak menerima vaksin eksperimental.

Misalnya, protokol uji klinis vaksin Moderna yang melaporkan bahwa 1 dari 133 relawannya mengalami gejala Covid-19 selama enam bulan.

Baca Juga: Selamat Hari Santri Nasional: Mengingat Perjuangan Santri Tasikmalaya Melawan Penjajahan Jepang

Apabila vaksin tersebut berhasil mencapai efektifitas sebesar 60 persen, maka analisis statistik memprediksi bahwa hanya 151 orang dari 30.000 relawan yang akan terinfeksi dalam uji klinis tersebut.

Kendati demikian, profesor penelitian layanan kesehatan farmasi di Universitas Maryland dan editor BMJ, Peter Doshi mempertanyakan prosedur uji klinis vaksin Covid-19.

Pasalnya rancangan uji klinis vaksin yang saat ini tengah dilakukan tidak membedakan klasifikasi antara kasus ringan dan kasus parah sebagai analisis utama.

Baca Juga: Cek Fakta: Tersiar Foto Anies Baswedan Berendam di Sungai Penuh Sampah, Begini Fakta Sebenarnya

Menurutnya, uji klinis ini hanya meneliti orang yang mengalami gejala ringan, sehingga mengabaikan kasus orang yang meninggal akibat Covid-19.

Kendati demikian, para peneliti berpendapat bahwa jumlah orang yang meninggal akibat Covid-19 lebih sedikit dibandingkan orang yang mengalami gejala ringan.

Sehingga untuk membuktikan bahwa vaksin dapat melindungi kasus Covid-19 yang parah atau fatal, maka peneliti perlu merekrut relawan dengan jumlah yang lebih banyak.

Baca Juga: Kasus Penikaman Wartawan di Mamuju Tengah: Polisi Amankan 6 Tersangka dan Ungkap Motif Pembunuhan

Uji klinis vaksin telah merekrut puluhan ribu relawan, sehingga perekrutan relawan baru saat ini dianggap sebagai langkah yang tidak realistis.

Di sisi lain, uji klinis dengan jumlah relawan yang banyak memerlukan dukungan finansial yang besar pula.

Selain itu, kelompok rentan seperti orang lanjut usia (lansia), justru tidak direkrut sebagai relawan.

Baca Juga: Hasil Lengkap Pertandingan Liga Champions: Bayern yang Superior hingga Kekalahan Duo Madrid

Akan tetapi, hal tersebut merupakan prosedur rekrutmen standar untuk relawan uji klinis secara umum.

Tujuan utama dari setiap uji klinis adalah melakukan pengujian terhadap sampel dari populasi, untuk membuat perkiraan mengenai langkah apa yang dapat diterapkan pada semua orang.***

Editor: Fitri Nursaniyah

Sumber: The Conversation


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x