Ekspor Kopi Gayo Anjlok hingga 70 Persen, Petani di Aceh Kian Terpuruk Akibat Permintaan Merosot

- 11 Oktober 2020, 17:51 WIB
Petani menjemur kopi arabika yang baru dipanen di tepi danau Laut Tawar, Aceh Tengah, Aceh, Minggu 19 Januari 2020.
Petani menjemur kopi arabika yang baru dipanen di tepi danau Laut Tawar, Aceh Tengah, Aceh, Minggu 19 Januari 2020. /ANTARA/Irwansyah Putra

Baca Juga: Waspada Dampak Fenomena La Nina, BNPB Imbau Lakukan Mitigasi Mandiri

Joharsyah menambahkan, untuk membeli seluruh hasil panen kopi dari petani di daerah dataran tinggi Gayo, membutuhkan biaya besar.

Jika dihitung, biaya tersebut mencapai Rp 1.8 triliun, tentunya tidak sesuai dengan kemampuan keuangan pemerintah daerah.

Menurut Joharsyah, produksi kopi di Aceh Tengah berkisar antara 28.000 ton per tahun, atau sekitar Rp 1.8 triliun.

Perhitungan tersebut, berdasarkan luas lahan tanaman kopi yang mencapai 48.000 hektar.

Setiap satu hektar, rata-rata kopi yang dihasilkan sekitar 700 kilogram per tahun.

Baca Juga: Pasiter Kodim Brebes Cek Prasasti TMMD Reguler Brebes

Lebih lanjut, Joharsyah menjelaskan jika digabungkan antara produksi yang dihasilkan dari Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah, kebutuhan dana yang harus dianggarkan mencapai Rp 3.8 triliun.

"Untuk saat ini pemerintah daerah melalui Disperindag hanya bisa berupaya membantu para pelaku ekspor di bawah naungan koperasi dengan memberikan dana talangan agar kopi dari petani bisa terus dibeli," katanya.***

Halaman:

Editor: Bayu Nurulah

Sumber: Antara News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x