Setumpuk doa dan kenangan-kenangan bersama sang maestro diunggah oleh warganet.
Penggalan puisi-puisi sang maestro juga tak henti disuarakan, menjadi penghormatan terakhir atas kepergian Sapardi Djoko Damono.
Baca Juga: Dalami Kasus Catherine Wilson, Polisi Kini Buru Sosok Berinisial A Sang Penjual Sabu
"Hujan air mata di bulan Juli. Selamat jalan Pak Sapardi Djoko Damono," kata Adib Hidayat melalui akun twitteenya @AdibHidayat.
"Hujan justru bergeser ke bulan Juli, tidak lagi bulan Juni. Hari ini, dunia sastra hujan kesedihan, melepaskan pemilik kalimat; yang fana adalah waktu, kita abadi. Selamat jalan Pak Sapardi. Indonesia kembali kehilangan salah satu sastrawan besarnya," kata pemilik akun twitter @Ichsanlcm.
Sapardi Djoko Damono merupakan sastrawan Indonesia yang aktif sejak tahun 1950-an hingga kini.
Baca Juga: KBRI New Delhi Pulangkan 47 WNI di India ke Tanah Air Melalui Program Repatriasi Mandiri
Tak hanya menulis sajak dan puisi, pria yang lahir pada 20 Maret 1940 itu juga memiliki karya tulis lain berupa esai dan cerita pendek.
Sejumlah puisi karya Sapardi pun mulai diapresiasi dan diangkat ke bentuk seni lainnya seperti dimusikalisasi.
Sapardi Djoko Damono telah menulis puluhan buku dan karya tulis. 'Hujan Bulan Juni' (1994) adalah salah satu karyanya yang paling terkenal.