Kenali Gejala Family Burnout akibat Isolasi di Tengah Pandemi, Begini Cara Mengatasinya

- 14 September 2020, 12:43 WIB
Ilustrasi kelelahan secara fisik atau emosional.
Ilustrasi kelelahan secara fisik atau emosional. /PEXELS/Andrea Piacquadio

PR BANDUNGRAYA – Sejak masa pandemi Covid-19 berlansung, mungkin banyak yang mengalami family burnout karena terlalu banyak menghabiskan waktu di rumah.

Walau pemerintah telah menerapkan berbagai kebijakan pelonggaran, namun kasus baru Covid-19 terus meningkat.

Kondisi tersebut dapat membuat kita lebih lama untuk berada di rumah. 

Melansir dari Help Guide, burnout merupakan kondisi di mana terjadi kelelahan emosional, fisik, dan mental karena stres berlebihan dan berkepanjangan.

Kondisi ini bisa terjadi saat seseorang merasa kewalahan dan lelah secara emosional terus-menerus.

Oleh karena itu, family burnout ini dapat dikurangi melalui beberapa langkah agar meredakan ketegangan di rumah, sebagimana dilansir Pikiranrakyat-bandungraya.com dari Healthline.

Baca Juga: Sinopsis Film Petualangan Sherina yang Akan Tayang Di Netflix 17 September 2020

Pavan Madan, psikiater anak dan remaja Community Psychiatry, menjelaskan ada tiga gejala yang harus diwaspadai yaitu merasa lelah secara fisik atau emosional, tidak bisa menangani tugas sehari-hari, dan mudah kesal.

Gejala tersebut mungkin banyak dirasakan orang-orang pada saat ini. Faktanya, Madan berkata, “Meskipun tidak ada data yang jelas tersedia, survei tahun 2018 menemukan bahwa setengah dari semua orang tua mengalami kelelahan dan ini terjadi sebelum pandemi.”

Mengingat tingginya tingkat kebersamaan keluarga sekarang, masuk akal jika jumlah tersebut jauh lebih tinggi, terutama untuk single parent.

Pandemi ini bisa berarti lebih banyak yang harus dilakukan dan lebih sedikit kesempatan untuk perawatan diri daripada sebelumnya.

Single parent biasanya melakukan semua tugas rumah sendiri, yang tentunya dapat menyebabkan kelelahan lebih cepat.

Baca Juga: Hindari Pola Asuh Over Protektif, Inilah Dampak Negatif yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

Bukan hanya orang dewasa, anak-anak juga dapat mengalami family burnout. 

Burnout pada anak-anak sering kali muncul seperti kecemasan, mudah marah, prestasi akademis yang buruk, atau terisolasi dari teman sebaya, serta tidak minat dalam bermain,” ujar Madan.

Sebuah survei baru di Italia, menemukan bahwa anak-anak mengalami dampak psikologis akibat isolasi.

Mereka lebih mudah tersinggung, sulit tidur, dan banyak mengalami kemunduran perkembangan.

Untuk mengurangi dampak burnout, kelelahan dapat dicegah dengan memiliki keseimbangan waktu antara keluarga dan waktu sendiri.

Pada anak-anak, bisa melakukan pendekatan lebih lembut untuk bantu mengarahkan anak-anak sekaligus menghargai perjuangan hidup yang kita semua hadapi saat ini.

“Memiliki rutinitas untuk tidur, makan, dan waktu belajar dapat membantu anak-anak merasa siap untuk kegiatan selanjutnya dan terhindar dari konflik,” jelas Madan.

Baca Juga: Mahfud MD Sampaikan 4 Poin Instruksi Terkait Insiden Penusukan Syekh Ali Jaber

Untuk orang tua, mereka harus mempertimbangkan teknik manajemen stres di tempat kerja dan mengarah ke keseimbangan kehidupan kerja yang lebih baik.

Orang tua juga dapat membantu satu sama lain dengan memberikan waktu istirahat dari kewajiban rumah tangga dan tugas mengasuh anak sesekali.

Madan menyarankan, orang tua untuk menjaga diri tidak hanya untuk kesejahteraan, tetapi juga untuk mencontohkan perilaku yang baik untuk ditiru oleh anak-anak mereka sekarang dan untuk tahun-tahun mendatang, bahkan ketika kita kembali ke normal tanpa pandemi Covid-19 ini.***

Editor: Bayu Nurullah

Sumber: healthline


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x