PR BANDUNGRAYA – Daging plant-based adalah salah satu tren kuliner yang berkembang pesat saat ini.
Meski dijuluki daging, ternyata daging plant-based bukan berasal dari hewan.
Olahan daging plant-based berbahan dasar tumbuhan, dan diproses hingga menghasilkan rasa dan tekstur seperti daging pada umumnya.
Baca Juga: Dikabarkan Sempat Pendarahan Hebat, Gerindra Bantah Isu Rachel Maryam Koma Usai Melahirkan Anak Ke-2
Hal ini dapat terjadi karena daging plant-based merupakan hasil dari rekayasa ulang sel tumbuhan.
Meningkatnya permintaan publik atas produk daging plant-based didasari oleh tren gaya hidup sehat.
Selain itu, tingkat obesitas yang meningkat di seluruh dunia menjadi salah satu faktor yang mengubah preferensi publik terhadap makanan yang dikonsumsi.
Baca Juga: Trump Spesial? Kim Jong Un Baru Pertama Kali Kirim Doa untuk Pemimpin Negara yang Positif Covid-19
Dilansir Pikiranrakyat-bandungraya.com dari Vox, permintaan atas daging plant-based terus meningkat.
Pasalnya, publik mulai menyadari akan pentingnya makanan yang sehat, terutama selama pandemi Covid-19 ini.
Pasar daging plant-based secara global mencapai 429 juta dolar atau setara dengan Rp6 triliun di tahun 2019.
Baca Juga: Preview Drama Korea '18 Again' Episode 5-6, Hati Lee Do Hyun Terluka Melihat Sang Ayah
Dengan peningkatan permintaan selama Covid-19, maka produsen daging plant-based diakumulasikan akan mendapat keuntungan besar-besaran pada akhir tahun 2025.
Upaya para produsen daging plant-based untuk berinovasi turut berkontribusi cukup besar pada remunerasi industri tersebut.
Meski begitu, meningkatnya prevalensi Covid-19 sempat menghentikan pertumbuhan industri daging plant-based secara global.
Baca Juga: Rayakan Hari Libur Nasional Tiongkok, Lai Guanlin Wanna One Dikecam Netizen Taiwan
Beberapa pabrik pengolahan daging plant-based di Amerika Serikat terpaksa ditutup, akibat meningkatnya kasus pekerja yang diduga terpapar Covid-19.
Akan tetapi, hal itu tidak menghentikan produsen daging plant-based untuk meningkatkan kapasitas produksi di tengah pandemi Covid-19.***