Warga Prancis Demo Besar-besaran Tuntut Keadilan, Perdana Menteri Angkat Bicara

20 Oktober 2020, 12:50 WIB
Ilustrasi demo. /PIXABAY/Niek Verlaan

PR BANDUNGRAYA – Warga Prancis berdemo menuntut keadilan, mendukung guru, dan membela kebebasan berekspresi setelah pembunuhan Samuel Paty pada Minggu, 18 Oktober 2020.

Samuel Paty merupakan seorang Guru Sejarah yang dipenggal oleh seorang tersangka pada hari Jumat, 16 Oktober 2020.

Dalam aksi unjuk rasa tersebut, massa berkumpul di Paris, Lyon, Marseille, dan Lille. Mereka turun ke jalan menyanyikan lagu kebangsaan Prancis, dan bertepuk tangan sebagai bentuk solidaritas.

Baca Juga: 5 Negara yang Melaporkan Kasus Norovirus, dari Australia hingga Tiongkok

Perdana Menteri Perancis Jean Castex bersama Menteri Pendidikan Jean-Michek Blanquer turut menghadiri pertemuan di Paris tersebut.

Acara tersebut juga dihadiri oleh para politisi dari seluruh spektrum, menunjukkan solidaritas setelah terjadi kasus pembunuhan yang mengejutkan di negara itu.

“Anda tidak membuat kami takut. Kami tidak takut. Anda tidak akan bisa memecah belah kami. Kami adalah Perancis,” ujar Castex dikutip oleh Prbandungraya-pikiranrakyat.com dari Reuters pada Senin, 19 Oktober 2020.

Warga yang turut hadir dalam acara tersebut menggunakan masker untuk menghindari paparan Covid-19 dan membawa tulisan-tulisan “Teaching yes, bleeding no,” atau “I am Charlie,” yang artinya “Mengajar iya, berdarah tidak,” atau “Saya adalah Charlie,”.

I am Charlie mengacu pada majalah satir Charlie Hebdo, yang kantornya diserang dalam pembunuhan masal lima tahun silam.

Baca Juga: Jelang Momentum Libur Panjang, Mendagri Peringatkan Bahaya Penularan Covid-19

Paty (47) tewas diluar sekolahnya di pinggiran kota Paris oleh Penyerang berusia 18 tahun. Ketika pelajaran berlangsung awal bulan ini, guru tersebut sempat menunjukkan kepada murid-muridnya kartun Nabi Muhammad.

Kartun tersebut ia tunjukkan ketika kelas tentang kebebasan berekpresi, membuat marah sejumlah orang tua Muslim. Karena, muslim percaya bahwa penggambaran Rasulullah adalah penghujatan.

Paty telah menjadi target kampaye kemarahan di media sosial sebelum akhirnya terbunuh pada Jumat oleh seorang pria asal Chechnya.

Staf di sekolah berusaha menyelesaikan pertengkaran tersebut. Kepala Sekolah mengatur pertemuan dengan orang tua yang tidak senang dengan kejadian tersebut.

Hingga Selasa, 13 Oktober 2020, Kepala Sekolah menjelaskan berhasil menenangkan suasana di sekolah. Namun, pada beberapa waktu kemudian masalahnya meningkat.

Jaksa penuntut mengatakan, penyerang yang ditembak mati oleh polisi setelah itu. Paty dikenal orang yang baik ,dan disukai oleh murid-muridnya.

Baca Juga: Pratinjau Chelsea vs Sevilla di Liga Champions, Berita Tim dan Fakta-Fakta Pertandingan

“Saya tidak dapat membayangkan bagaimana kita sampai pada titik ini,” kata Cecile Ribert Retel, anggota asosiasi orang tua di sekolah, College du Boisd’Aulne.

Castex mengatakan dalam sebuah wawancara di surat kabar Journal du Dimanche bahwa Presiden Emmanuelson Macron dijadwalkan menghadiri pertemuan keamanan dengan para menteri utama sedang mengerjakan strategi untuk melindungi guru dari ancaman.***

Editor: Bayu Nurulah

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler