Meski Ada Ancaman Senjata, Ribuan Demonstran Belarus Tetap Turun ke Jalan

- 19 Oktober 2020, 10:48 WIB
Ilustrasi demo di Belarus: Massa menentang hasil pemilihan presiden di Minsk, Belarus.
Ilustrasi demo di Belarus: Massa menentang hasil pemilihan presiden di Minsk, Belarus. /PIXABAY/PDBVerlag

PR BANDUNG RAYA - Kantor Berita Interfax melaporkan jumlah demonstran di atas 30.000 orang. Menurutnya, sekitar 50 demonstran ditangkap polisi dan jaringan seluler di sejumlah daerah di kota tersebut mengalami gangguan.

Ribuan orang tersebut, menuntut pengunduran diri Presiden Alexander Lukashenko, turun ke jalan di ibu kota Belarus, Minsk pada Minggu meski ada ancaman penggunaan senjata oleh aparat terhadap demonstran.

Belarus, bekas republik Soviet yang bersekutu dekat dengan Rusia, diguncang serentetan aksi protes sejak otoritas mengumumkan bahwa Lukashenko, yang memerintah secara otoriter sejak 1994, kembali unggul pada pemilu 9 Agustus, dengan perolehan suara 80 persen.

Baca Juga: Cara Mudah Menukar Kode Redeem Mobile Legends: Bang Bang, dari Skin hingga Item Menarik

Disebutkan pula bahwa suara keras seperti granat kejut terdengar dekat dengan kerumunan massa. Pejabat polisi senior pekan lalu mengatakan aparat kepolisian akan diizinkan menggunakan senjata api untuk menghadapi demonstran.

Pasukan keamanan menahan lebih dari 13.000 orang sejak pemilu, termasuk semua pemimpin oposisi yang signifikan, yang belum meninggalkan negara tersebut. Pihaknya juga menekan media independen.

Pemimpin oposisi Sviatlana Tsikhanouskaya, yang menyelamatkan diri ke Lithuania, pekan lalu mendesak Lukashenko agar mundur sampai 25 Oktober atau menghadapi apa yang menurutnya bakal menjadi aksi nasional yang melumpuhkan Belarus.

Baca Juga: Menurut Penelitian, Orang dengan Golongan Darah O dan B Lebih Kebal Covid-19

Menteri Luar Negeri Belarus Vladimir Makei menuduh negara-negara Barat berusaha menabur "kekacauan dan anarki" di bekas republik Soviet itu, yang telah diguncang oleh protes jalanan sejak pemilu bulan lalu.

"Kami melihat upaya untuk membuat situasi di negara itu tidak stabil," katanya kepada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam sebuah pernyataan melalui rekaman video, Sabtu 26 September 2020.

Halaman:

Editor: Abdul Muhaemin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x