Islamofobia Merajalela, Organisasi HAM Muslim Nilai Prancis Sudah Tidak Aman

27 Oktober 2020, 08:24 WIB
Ilustrasi negara Prancis. /@Free-Photos/PIXABAY

PR BANDUNG RAYA - Organisasi Hak Asasi Manusia (HAM) Muslim di Prancis mengumumkan rencana untuk memperluas kegiatan kemanusiaannya di luar negeri.

Pasalnya organisasi HAM Muslim ini merasa bahwa Prancis sudah tidak aman lagi.

Hal tersebut didasari atas sejumlah tindakan dan pernyataan kontroversial dari petinggi di Prancis yang dinilai menyudutkan umat Islam.

Baca Juga: Jadwal SIM Keliling Sumedang Hari Ini, Selasa 27 Oktober 2020 Dilaksanakan di Titik Ini

"Sebagai sebuah organisasi, kami tidak lagi merasa kami dapat melakukan pekerjaan kami di lingkungan yang aman, karena nyawa kami terancam dan pemerintah menetapkan kami sebagai musuh," kata Kolektif Menentang Islamofobia di Prancis (CCIF) dalam pernyataan resmi.

Selama seminggu terakhir, organisasi HAM Muslim yang berbasis di Prancis ini mengungkapkan bahwa mereka telah menjadi sasaran ujaran kebencian dan ancaman pembunuhan.

Selain itu, pemerintah Prancis juga mengumumkan rencana untuk membubarkan organisasi HAM Muslim tersebut.

Baca Juga: Jadwal SIM Keliling Cimahi Hari Ini, Selasa 27 Oktober 2020 Dilaksanakan di Titik Ini

"Menggunakan berita palsu dari sayap kanan, beberapa tokoh politik dalam rombongan presiden Macron bahkan telah mencoba untuk menyematkan serangan Jumat lalu kepada organisasi yang justru mengecam Islamofobia, seolah-olah secara konseptual tidak mungkin untuk menangani terorisme dan bentuk rasisme kontemporer, termasuk Islamofobia," kata CCIF.

"Karena alasan ini, apapun hasil dari upaya pemerintah untuk membubarkan CCIF, kami telah memutuskan untuk memperluas kegiatan kami secara internasional, untuk memastikan kelangsungan tujuan kami dan melindungi tim kami," katanya melanjutkan.

Dilansir dari Anadolu Agency, otoritas Prancis baru-baru ini meluncurkan program investigasi terhadap organisasi Muslim di Prancis secara besar-besaran, menyusul insiden pembunuhan guru di Paris beberapa waktu yang lalu.

Baca Juga: Minat Staycation Meningkat Jelang Libur Panjang 2020, Ini Rekomendasi Penginapan Diskon di Bandung

Samuel Paty merupakan seorang guru sejarah dan geografi di Bois-d'Aulne College, yang dipenggal kepalanya oleh Abdullakh Anzorov, seorang imigran Muslim.

Diketahui bahwa Samuel Paty menunjukkan karikatur Nabi Muhammad dari publikasi majalah satir Charlie Hebdo saat tengah mengajar kelas mengenai kebebasan berekspresi.

Umat Muslim di Prancis mengutuk insiden tersebut, dan menekankan bahwa serangan tersebut merupakan justifikasi dari para ekstremis Islam yang menyalahgunakan agama untuk kepentingan mereka sendiri.

Baca Juga: Covid-19 di Kota Cimahi Hampir 550 Kasus, Berikut 10 Kelurahan Tertinggi Peta Sebarannya

Selain itu, para pemimpin di dunia menyatakan keprihatinan mereka atas serangan yang baru-baru ini kembali menstigmatisasi Muslim Prancis dengan sentimen Islamofobia.

Sejak minggu lalu, pemerintah Prancis telah mengumumkan bahwa pihaknya akan menyelidiki 51 organisasi Muslim yang beroperasi di Prancis, termasuk CCIF.

Beberapa waktu yang lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron juga memberikan pernyataan yang menuai kontroversi karena dinilai mengandung unsur Islamofobia.***

Editor: Abdul Muhaemin

Tags

Terkini

Terpopuler