Vaksin Covid-19 Diborong Negara Kaya, 1 dari 4 Orang Mungkin Tidak akan Kebagian hingga 2022

- 16 Desember 2020, 12:16 WIB
Ilustrasi pemberian suntikan vaksin Covid-19.
Ilustrasi pemberian suntikan vaksin Covid-19. /Pixabay/Katja Fuhlert

PR BANDUNG RAYA – Para peneliti mengungkapkan bahwa satu dari empat orang di dunia mungkin tidak akan mendapatkan vaksin virus corona atau Covid-19 setidaknya hingga tahun 2022 mendatang.

Hal tersebut disebabkan oleh negara-negara kaya dengan kurang dari 15 persen populasi dunia telah mencadangkan 51 persen dari vaksin paling menjanjikan yang tersedia saat ini.

Artinya, pemesanan awal vaksin oleh negara-negara kaya tersebut akan membuat produksi vaksin fokus untuk dijual kepada negara kaya terlebih dahulu, sementara negara dengan tingkat ekonomi rendah mungkin perlu berbagi sisanya.

Baca Juga: Jose Mourinho Merendah, Ungkapkan Hal Ini Jelang Laga Liverpool vs Tottenham Hotspur

Melansir Reuters dari Antara, Inggris yang memborong vaksin Covid-19 menjadi salah satu negara yang membuat sulitnya negara-negara dengan ekonomi rendah-menengah harus berbagi sisa vaksin.

Berdasarkan keterangan para peneliti dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health Amerika Serikat, negara-negara dengan penghasilan rendah yang populasinya mencapai lebih dari 85 populasi dunia mungkin akan sulit menyebarkan vaksin menjanjikan bagi warganya.

Sejak tanggal 15 November 2020 lalu, negara-negara kaya telah melakukan pemesanan sejumlah hampir 7.5 miliar vaksin dari 13 produsen.

Jepang, Australia, dan Kanada dengan kurang dari 1 persen kasus positif virus Covid-19 juga dikabarkan telah memiliki lebih dari 1 miliar dosis vaksin.

Baca Juga: Edhy Prabowo Tersandung Korupsi, Sufmi Dasco Tegaskan Satu Hal: Diserahkan Kepada Presiden

Oleh sebab itu, sebagaimana dikutip dari Reuters dan Antara, hampir 25 persen dari populasi dunia mungkin tidak akan mendapatkan akses kepada vaksin Covid-19 hingga 2 tahun ke depan.

Menurut peneliti, ketidakpastian akses pada vaksin Covid-19 juga dipengaruhi oleh kegagalan pemerintah di berbagai belahan dunia dan produsen vaksin untuk bersikap transparan.

Hal tersebut juga ditekankan oleh Koalisi People’s Vaccine Alliance yang mengatakan bahwa perusahaan farmasi harus terbuka dalam membagikan teknologi mereka melalui Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) agar lebih banyak vaksin dapat diproduksi.***

Editor: Abdul Muhaemin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah