Selidiki Ribuan Korban Invasi AS 1989, Panama Gali 19 Kuburan di Situs Pemakaman Pribadi

- 22 Juni 2020, 06:41 WIB
Ilustrasi pemakaman.
Ilustrasi pemakaman. /PIXABAY/Clker-Free-Vector-Images

PR BANDUNGRAYA - Penelusuran Panama terhadap korban tragedi invansi Amerika Serikat (AS) tahun 1989 belum kunjung usai.

Reuters melaporkan, Senin 22 Juni 2020, pekan ini pihak otoritas Panama telah menggali 19 kuburan di pekuburan pribadi di Panama City sebagai upaya pencarian korban invasi 1989 Amerika Serikat.

Otoritas kehakiman Panama menyebut, mayat-mayat itu digali dari pemakaman Jardín de Paz di ibukota. Mayat di sana dikabarkan telah dikubur sejak 30 tahun yang lalu.

Baca Juga: Penuhi Tingginya Permintaan, Pemkab Siapkan 10 Tempat Pemotongan Hewan di Cimalaka dan Sumedang Kota

Pada awalnya, sebelum dikuburkan di Jardín de Paz, mayat sempat dibuang ke kuburan massal selama invasi berlangsung pada Desember 1989 hingga Januari 1990. Disebutkan bahwa beberapa mayat tetap tidak teridentifikasi.

Mayat-mayat itu digali di sebuah situs yang menampung sekira 100 makam orang-orang yang tewas selama operasi militer AS.

Invasi AS sendiri menyebabkan setidaknya 500 warga Panama, dan tragedi itu pula yang menandai berakhirnya kediktatoran Jenderal Manuel Noriega.

Baca Juga: 69 Orang dari 1.540 Wisatawan di Kawasan Puncak Reaktif Covid-19

Menurut laporan resmi, ada sekira 300 warga sipil tewas dalam serangan itu. Tapi hanya 23 tentara AS yang tewas.

Organisasi hak asasi manusia mengira jumlah sebenarnya korban tragedi invasi AS 1989 bisa lebih banyak dari yang disebutkan di laporan resmi.

Pernyataan dari organisasi tersebut mendorong pemerintah Juan Carlos Varela membentuk komisi khusus untuk menyelidiki jumlah korban jiwa.

Baca Juga: Sepi Pengunjung Gara-gara Lockdown, Taman Bermain Ini Ajak Puluhan Boneka Naik Roller Coaster

"Kami telah bekerja selama 30 tahun untuk memastikan (orang mati) memiliki kedamaian batin," kata Trinidad Ayola, presiden asosiasi yang telah bekerja dengan pihak berwenang untuk mengidentifikasi para korban.

Usai menggali 19 kuburan, otoritas Panama mengatakan bahwa pihaknya akan menggali 77 kuburan lain demi mengetahui apakah mereka adalah korban invasi atau bukan.

"Tujuh puluh tujuh kuburan telah menunggu di lapangan untuk penggalian," tuturnya.

Baca Juga: Besok Ada Gerhana Matahari, Simak Dampak Fenomena Tersebut pada Tubuh Manusia

Invasi AS 1989 memang menyimpan luka bagi banyak warga Panama. Setiap tahunnya mereka memperingati tragedi nahas tersebut dan menyerukan agar 20 Desember dinyatakan sebagai hari berkabung nasional.

Invasi 1989 AS ke Panama dilatarbelakangi oleh upaya AS memerangi peredaran narkoba.

Dalang utama di balik peredaran narkoba dari Panama ke Amerika adalah Noriege, orang yang direkrut oleh direktur CIA, George H.W. Bush untuk menyukseskan misi perang terhadap obat-obatan terlarang.

Baca Juga: Hukum Ringan Tentara yang Tembak Mati Warga Palestina, Pemerintah Israel Dikecam Pembela HAM

Kiprah Noriega sebagai gembong narkotika pada 1985 semakin menjadi-jadi, ia bahkan menciptakan jalur peredaran narkoba Panama-Kolombia-Nikaragua dan menyewa pilot asal AS untuk mengemudikan pesawat-pesawat yang akan mengantarkan heroin.

Seiring kampanye anti-narkotika yang dilancarkan di AS dan terganggunya kepentingan Amerika di Panama, maka invasi pun digelar.

Lewat invasi itu, Noriega berhasil diculik dan diekstradisi ke AS. Usai Noriega ditangkap, Panama mendapat kucuran bantuan dana dari AS senilai 420 juta dolar AS di mana 25 persennya digunakan untuk menyehatkan bank-bank AS di negara itu sementara sisanya digunakan untuk pembenahan infrastruktur.***

Editor: Fitri Nursaniyah

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x