Bukan Pertanda Kiamat Sudah Dekat, Begini Kata Ahli tentang Fenomena Menghijaunya Arab Saudi

- 9 Januari 2023, 23:45 WIB
 Penjelasan pegunungan Arab Saudi termasuk Mekkah dan Madinah yang menghijau dan ditumbuhi tanaman./Tangkapan layar Youtube Miftah's TV
Penjelasan pegunungan Arab Saudi termasuk Mekkah dan Madinah yang menghijau dan ditumbuhi tanaman./Tangkapan layar Youtube Miftah's TV /instagram @faktanyagoogle

BANDUNGRAYA.ID- Bukan dunia akan berakhir atau pertanda kiamat sudah dekat, begini penjelasan para ahli tentang fenomena menghijaunya beberapa wilayah di Arab Saudi.

Dunia geger dengan beredarnya foto dan video yang memperlihatkan pemandangan daratan Mekkah, Arab Saudi yang mulai menghijau setelah hujan yang terus mengguyur.

Melansir dari akun Twitter @theholymosques pada Sabtu 7 Januari 2023, yang mengunggah empat foto lanskap hijau di wilayah Mekkah yang tak seperti gurun pasir.

Baca Juga: Kiamat Sudah Dekat? Gurun Pasir di Arab Saudi yang Tandus Kini Subur Menghijau, Begini Hadistnya

"Pegunungan berubah menjadi hijau setelah hujan baru-baru ini di Makkah-Jeddah," tulis akun @theholymosques.

Cuitan tersebut menuai banyak komentar, salah satunya akun @orevasamib dengan memposting meme Homer Simpson dalam film The Simpsons dengan membawa papan bertuliskan 'The end is near' (akhir sudah dekat).

Komentar lain dari akun @fiqah_yasin yang sebut fenomena ini sebagai pertanda baik untuk alam, namun pertanda buruk bagi seluruh umat muslim.

"Mekkah menjadi hijau indahnya MasyaAllah saya tidak bohong, tapi juga bukan pertanda baik. Bagus untuk alam, tidak begitu bagus untuk Muslim yang beriman. Lakukanlah ibadah yang terbaik. Semoga Allah melindungi kita," ujar @fiqah_yasin.

Baca Juga: BOCORAN Soal Tes CAT PPS 2023 Lengkap dengan Kunci Jawabannya di Sini Agar Berhasil!

"Lembah pegunungan sekitar Mekkah tampak subur dan menghijau. "Tidak akan tiba hari Kiamat hingga tanah Arab kembali hijau penuh dengan tumbuhan dan sungai-sungai." (HR Muslim)," kata @jonedion56.

Hingga berita ini ditayangkan, cuitan tersebut sudah dilihat lebih dari 7 juta viewers.

Namun ternyata fenomena tersebut bukan yang pertama,sejumlah negara seperti Uni Emirat Arab (UEA) melaporkan lahan gersang dan kering menjadi subur menghijau telah dicatat dunia dari tahun ke tahun.

Melansir dari laman resmi Gulf News, sejumlah gurun di Dubai dan beberapa daerah di Emirat Utara dilaporkan bahwasanya di sekitar Kawasan Hatta berubah menjadi lahan-lahan hijau secara alami yang ditumbuhi semak belukar dan rerumputan.

Baca Juga: Pemilu 2024: Apa Itu Sistem Pemilu Proporsional Tertutup, Begini Kekurangan dan Kelebihannya!

Efek curah hujan tinggi dengan intensitas yang terus menerus terutama dia Pegunungan Khor Fakkan menjadikan cuaca musim dingin yang sejuk, udara yang lebih bersih serta tanaman gurun terlihat asri dengan view yang menghijau.

Padang rumput juga terlihat di daerah gurun Al Dhaid di Sharjah, UEA. pemandangan hijau dengan ratusan unta merumput di padang pasir, dengan bunga bermekaran dan dedaunan hijau yang kontras dengan warna keemasan milik padang pasir Mleiha.

Melansir dari laman resmi The Islamic Information, dalam kurun waktu terakhir terjadi aktivitas curah hujan tinggi dengan intensitas yang terus menerus di wilayah Arab Saudi sejak Desember 2022 lalu.

Baca Juga: LANGSUNG CAIR 6 Trik Agar Pengajuan KUR BRI 2023 di ACC Cepat, Nomor 2 Bikin Surveior Langsung Transfer

Curah hujan tersebut memiliki kecepatan yang sama dan terus menerus dalam durasi waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan hujan pada tahun-tahun sebelumnya.

Bagi umat muslim tentu saja fenomena tersebut akan dikaitkan dengan pertanda hari kiamat sebagaimana yang telah disabdakan Rasulullah dalam hadistnya.

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَعُودَ أَرْضُ الْعَرَبِ مُرُوجًا وَأَنْهَارًا

Artinya: "Hari kiamat tidak berlaku sehingga tanah Arab menjadi subur makmur kembali dengan padang-padang rumput dan sungai-sungai." (HR Muslim).

Hadist tersebut menjelaskan bahwa negeri Arab yang tandus dan gersang akan menjadi hampar hijau yang subur.

Namun melansir dari situs resmi Earth Observatory Lembaga Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) menjelaskan bahwa gurun merupakan ekosistem yang paling kering dari seluruh ekosistem yang ada.

Baca Juga: Picu Asma dan Keracunan, Waspada Bahaya Jajanan Ciki Ngebul!

Sebagian besar gurun menerima kurang dari 300 mm setahun dengan ekosistem hutan hujan yang menerima lebih dari 2.000 mm, yang artinya gurun hanya mendapatkan 10 persen dari hujan yang didapat hutan hujan.

Selain itu fenomena tersebut merupakan perubahan suhu di padang pasir yang drastis dari siang ke malam.

Suhu siang hari rata-rata 38°C sementara di beberapa gurun bisa turun hingga -4°C di malam hari. Suhu juga sangat bervariasi tergantung lokasi gurun.

Dengan suhu ektrem tersebut tumbuhan beradaptasi untuk mengimbangi kekurangan air.

Kaktus menyimpan cadangan air pada batangnya dan menggunakan air tersebut dengan sangat lambat.

Baca Juga: Makanan Khas Garut Tak Hanya Dodol, Kota Intan Ini juga Punya Kudapan Manis Lainnya Semanis Mojang Garut

Tanaman semak belukar menghemat air dengan cara menumbuhkan daun atau dengan memiliki sistem akar yang besar untuk mengumpulkan dan menyimpan cadangan air.

Vegetasi yang tumbuh di gurun memiliki siklus hidup pendek beberapa minggu atau selama periode hujan berlangsung.

Dikutip dari laman resmi National Geographic, spesies tanaman yang tumbuh di gurun bersifat semusim. Musim kering yang panjang memungkinkan benih tidak akan tumbuh aktif.

"Ketika hujan akhirnya datang, benih-benih itu bertunas dengan cepat. Tumbuhan tumbuh, mekar, menghasilkan benih baru, dan mati, seringkali dalam waktu singkat. Hujan deras dapat mengubah gurun menjadi negeri ajaib berbunga hampir dalam semalam." tulis National Geographic yang dikutip Bandngraya.id pada Senin 9 Januari 2023.

Baca Juga: Profil dan Biodata Hard Gumay Selebritas yang Miliki Kemampuan Indigo, Ramalannya di 2023 Bikin Merinding

Selain faktor hujan, sebab lain dari fenomena tersebut menurut para ahli adalah modifikasi teknologi bisa membantu daerah gurun ditumbuhi tanaman hijau.

Para ahli memanfaatkan efek PLTS dan PLTB untuk meningkatkan panas dan kelembaban di wilayah sekitar gurun Sahara yang berpengaruh terhadap potensi tumbuhnya tanaman.

Sebuah studi yang dilakukan para peneliti pada tahun 2018 mengungkapkan bahwa penggunaan pembangkit tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga angin (PLTB) dalam jumlah besar dapat membantu penghijauan di gurun.

Dilansir dari laman resmi LiveScience, Yan Li seorang peneliti postdoctoral bidang sumber daya alam dan ilmu lingkungan di University of Illinois, mengatakan bahwa peningkatan curah hujan mengarah pada peningkatan tutupan vegetasi yang menciptakan siklus positif.***

 

 

 

Editor: Siti Resa Mutoharoh

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah