Prancis Kian Memanas, Emmanuel Marcon Kerahkan 7.000 Pasukan Militer Antisipasi Serangan Teroris

- 30 Oktober 2020, 13:47 WIB
Ilustrasi patroli militer: Prancis semakin memanas Emmanuel Marcon tingkatkan pengawasan antisipasi serangan teroris Islam.
Ilustrasi patroli militer: Prancis semakin memanas Emmanuel Marcon tingkatkan pengawasan antisipasi serangan teroris Islam. /PEXELS/Aloïs Moubax

PR BANDUNGRAYA - Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan bahwa Prancis telah menjadi sasaran serangan teroris, dan mengumumkan peningkatan pengawasan gereja oleh patroli militer Sentinelle Prancis. 

Marcon akan mengerahkan sekira 7.000 petugas militer, sebagai antisipasi dalam upaya melindungi situs-situs penting seperti tempat ibadah dan sekolah. 

Pernyataan Marcon muncul setelah kasus pembunuhan yang terjadi di sebuah gereja di kota Nice, Prancis pada Kamis, 29 Oktober 2020. 

Baca Juga: Berkabung Atas Tragedi Gereja, Dewan Iman Muslim Prancis Serukan Pembatalan Perayaan Maulid Nabi

Kejadian bermula ketika seorang pria yang memegang sebilah pisau meneriakkan Allahu Akbar, kemudian memenggal kepala seorang wanita, dan membunuh dua orang lainnya. 

Polisi berhasil mengidentifikasi tersangka, yang merupakan warga negara Tunisia dan belum lama ini memasuki wilayah Prancis dari Italia. 

Dari tangan tersangka, polisi menemukan sebuah Alquran, dua ponsel, dan tiga buah pisau yang salah satunya digunakan dalam aksi penyerangan tersebut. 

Baca Juga: Kasus Covid-19 di Indonesia Meningkat, Taiwan Justru Raih Rekor 200 Hari Tanpa Kasus Baru

Menurut keterangan polisi, tersangka terpaksa ditembak oleh petugas untuk mencegah penyerangan terhadap korban lainnya. 

Sementara, kementerian luar negeri Brasil mengumumkan, salah satu dari tiga korban serangan pisau ekstremis di sebuah gereja Prancis adalah seorang warga negara Brasil. 

Wanita itu terluka parah setelah mendapatkan serangan di Basilika Notre-Dame di Nice, di tenggara Prancis, oleh seorang imigran Tunisia berusia 21 tahun yang diketahui bernama Brahim Aouissaoui. 

Baca Juga: Pelaku Pembunuhan 3 Orang Jemaat di Gereja Nice Membawa Al Quran, Muslim Prancis Bereaksi

Wanita tersebut berhasil melarikan diri ke sebuah bar yang berada di sekitar lokasi kejadian, namun akibat luka yang parah wanita itu meninggal tak lama kemudian. 

Pembunuhan, yang terjadi menjelang hari suci Katolik All Saints Day, mendorong pemerintah untuk menaikkan tingkat siaga teror ke tingkat darurat maksimum secara nasional. 

Akan tetapi beberapa pihak menilai tindakan Macron tidak adil, karena menargetkan lima hingga enam juta Muslim lainnya di Prancis. 

Baca Juga: Peluncuran iPhone 12 Alami Keterlambatan, Apple Catat Kerugian hingga 26,4 Miliar Dolar AS

Sebagaimana diketahui, Prancis adalah rumah bagi minoritas Muslim terbesar di Eropa Barat, atau sekitar 9 persen dari total populasi yang mencapai 66 juta jiwa. 

Dilansir Prbandungraya.pikiran-rakyat.com dari Channel News Asia, puluhan ribu orang dari seluruh dunia mengecam tindakan Prancis dalam aksi unjuk rasa. 

Beberapa negara mayoritas Muslim bahkan telah meluncurkan kampanye untuk memboikot produk Prancis. 

Baca Juga: Begini Kronologi 3 Jemaat Gereja di Prancis Digorok Sebelum Misa, Pelaku Sempat Sebut 'Allahu Akbar'

Sementara di Suriah, Libya, Bangladesh, Afghanistan, Pakistan, dan wilayah Palestina aksi unjuk rasa diwarnai dengan pembakaran bendera Prancis, dan poster Macron.***

Editor: Fitri Nursaniyah

Sumber: Channel News Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x