Halkett mengatakan hal itu dapat menempatkan Biden pada posisi yang sulit untuk mempertimbangkan penempatan kembali pasukan ke Afghanistan, bahkan ketika Amerika menghadapi dampak ekonomi dari pandemi Covid-19 dan opini publik yang sebagian besar menentang perang.
Baca Juga: Foto KTP Miliknya Viral Gegara Kelewat Cantik, Ariel Tatum: Cuma Foto di Kartu, Gak Menentukan Kamu
Donald Trump telah menolak untuk mengakui kekalahannya dalam pemilihan dari Joe Biden, yang menjabat pada 20 Januari 2021, hanya lima hari setelah penarikan pasukan dijadwalkan selesai.
Tak lama setelah pengumuman Miller, petinggi Partai Republik di Senat, Pemimpin Mayoritas, Mitch McConnell, memperingatkan terhadap setiap perubahan besar dalam pertahanan atau kebijakan luar negeri Amerika dalam beberapa bulan mendatang, termasuk pengurangan pasukan yang signifikan di Afghanistan dan Irak.
Penasihat Keamanan Nasional Trump, Robert O'Brien mengatakan bahwa presiden menepati janjinya kepada rakyat Amerika untuk mengeluarkan pasukan Amerika dari zona perang.
Baca Juga: Belum Ada Kepastian Manjur, Peneliti Uji Klinis Obat Kumur sebagai Pembunuh Virus Corona, Hasilnya?
Pejabat Amerika Serikat dan Afghanistan memperingatkan tingkat kekerasan yang meresahkan oleh pejuang Taliban dan hubungan Taliban yang terus-menerus dengan al-Qaeda.
Hubungan itulah yang memicu intervensi militer Amerika pada 2001 setelah serangan pada Senin 9 November 2020, yang dilakukan al-Qaeda. Puluhan ribu warga Afghanistan, dan ribuan tentara Amerika dan sekutu, telah tewas dalam konflik di Afghanistan sejak saat itu.
Beberapa pejabat militer Amerika, mengutip prioritas kontra terorisme di Afghanistan, secara pribadi mendesak Trump agar tidak menjadi nol dan ingin mempertahankan jumlah pasukan di sekitar 4.500 untuk saat ini.
Baca Juga: 5 Mantan Trainee SM Entertainment Ini Jadi Sorotan Usai aespa Debut, No. 4 Ada Hubungan dengan BTS?