Usai Ritual Mandi Bersama Tanpa Busana, Penganut Ajaran Sesat Hakekok Diedukasi

14 Maret 2021, 17:09 WIB
Kemenag berikan edukasi kepada para penganut ajaran sesat Hakekok yang sebelumnya melakukan ritual mandi bersama tanpa busana. /Dok. Kemenag

PR BANDUNGRAYA - Masyarakat digegerkan dengan adanya ritual mandi bersama tanpa busana yang diduga dilakukan oleh kelompok penganut ajaran sesat Hakekok.

Sebanyak 16 orang penganut ajaran sesat Hakekok diketahui melakukan ritual mandi bersama tanpa busana pada Kamis, 11 Maret 2021 lalu.

Ritual mandi bersama tanpa busana ini dilakukan oleh para penganut ajaran sesat Hakekok di sebuah rawa di Pandeglang, Banten.

Baca Juga: Yakini V BTS Kencani Jisoo BLACKPINK, Penggemar Hingga Netizen Sibuk Kumpulkan Bukti

Para penganut ajaran sesat Hakekok tersebut saat ini telah diamankan oleh pihak berwajib.

Bahkan Kementerian Agama (Kemenag) saat ini juga telah menugaskan Penyuluh Agama Islam (PAI) untuk mengedukasi para penganut ajaran sesat Hakekok tersebut.

“Saya bersama teman-teman penyuluh lainnya sudah ke lokasi, melihat langsung bagaimana kondisinya,” kata Penyuluh Agama Ciegeulis Kabupaten Pandeglang Mahli Yudin, seperti dilangsir dari Rilis disitus resmi Kemenag, Jum’at 12 Maret 2021.

Baca Juga: Daebak! BTS Borong 3 Piala Sekaligus di Nickelodeon Kids Choice Awards 2021

Sebelumnya, beredar kabar sekelompok warga yang diketahui tergabung dalam pengikut 'Hakekok Balakasuta' melakukan ritual bugil hingga akhirnya viral di media sosial (medsos).

Sebagaimana diberitakan PortalSulut.com dalam artikel "16 Orang Penganut Aliran Hakekok Balakasuta Ritual Mandi Bugil, Kemenag: Kami Beri Edukasi", hal ini juga mengejutkan warga Desa Karang Bolong, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Banten, yang diketahui menjadi tempat berlangsungnya ritual tersebut.

“Kepolisian telah mengamankan 16 orang pengikut aliran Hakekok Balakasuta tersebut. Enam belas orang yang melakukan ritual tersebut diantaranya lima perempuan dewasa, delapan laki-laki, dan tiga anak-anak. Ritual Hakekok itu dilakukan di penampuangan air PT GAL, di tengah perkebunan kelapa sawit di Desa Karangbolong,” jelas Mahli Yudin.

Baca Juga: Disuntik Vaksin AstraZeneca, Tiga Nakes Norwegia Pendarahan dan Penggumpalan Darah

Ia menjelaskan, kegiatan ritual tersebut baru dilaksanakan satu kali, dengan tujuan membersihkan diri dari segala dosa dan menjadikan diri lebih baik.

Aliran tersebut mengadopsi dari ajaran Hakekok yang di bawa oleh almarhum Abah Edi, dan diteruskan oleh Arya dengan ajaran Balaka Suta Pimpinan Abah Surya Leuweng Kolot.

“Ke depan kami (penyuluh agama) juga kan melibatkan tokoh agama setempat untuk memberikan pembinaan secara keagamaan dan pendekatan secara kultur budaya terhadap penganut aliran ini,” ungkap Mahli Yudin.

Baca Juga: Refly Harun Tolak Teori Amien Rais Tentang Skema Jokowi 3 Periode

Aliran Hakekok, menurut Mahli sudah lama muncul di Pandeglang Banten. Aliran ini pernah dikembangkan di padepokan atau majelis zikir di Desa Sekon, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang.

“Aliran Hakekok ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 2009, waktu itu sampai membuat keresahan warga yang secara spontan langsung melakukan pembakaran padepokan tempat aliran itu. Kami terus berupaya memantau agar hal itu tidak terjadi lagi,” paparnya.

Baca Juga: Mutasi Virus Corona B117 Belum Selesai, Ternyata Varian N439K Sudah Terdeteksi Sejak November

Mahli Yudin pun menyampaikan saat ini pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak kepolisian, pemerintah kabupaten, tokoh agama, dan lainnya untuk memastikan tidak terjadi keributan dan tindakan main hakim sendiri.

"Dan kami juga berkoordinasi dengan pihak kepolisian, pemerintah kabupaten, tokoh agama, dan lainnya, untuk memastikan agar tidak terjadi keributan, dan tindakan main hakim sendiri,” ungkapnya.***(Ainur Rofik/PortalSulut.com)

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: Portal Sulut

Tags

Terkini

Terpopuler