Pakar Politik Sebut Jokowi Beri Kesempatan 10 Hari pada Para Menteri untuk Perbaiki Kinerja

29 Juni 2020, 13:13 WIB
Presiden RI, Joko Widodo.* //twitter.com/@jokowi

PR BANDUNGRAYA - Pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih menjadi perbincangan hangat. Kelembutan dan ketenangan sosok Jokowi hilang begitu saja melihat kinerja para menteri yang terkesan tidak serius dalam menangani pandemi Covid-19 selama tiga bulan terakhir.

Dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana pada 18 Juni 2020 lalu yang berlangsung tertutup, Jokowi mengaku jengkel dan berencana membubarka maupun melakukan reshuffle terhadap jajaran kabinet.

Kendati telah berlangsung sejak 18 Juni 2020 lalu, Sekretariat Presiden baru mempublikasikan pidato Jokowi pada Minggu, 28 Juni 2020. Ada rentang waktu selama 10 hari hingga video pidatonya dikonsumsi 267 juta rakyat Indonesia.

Baca Juga: Selamatkan Nyawa Pria Tua, Kucing Heroik Ini Mendapatkan Penghargaan

Dikutip Pikiranrakyat-bandungraya.com dari RRI, Senin 29 Juni 2020, Pakar Komunikasi Politik Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing berpendapat bahwa Presiden Jokowi sengaja memberikan waktu 10 hari kepada para menteri untuk melakukan intropeksi diri.

"Saya berpendapat Presiden memberikan rentang waktu dulu 10 hari. Namun, selama 10 hari ini tidak ada terobosan dari Menteri," ucap Emrus, pada Senin 29 Juni 2020.

Ketika tak ada terobosan, kata dia, maka perlu disampaikan kepada masyarakat, agar mereka mengetahui.

Baca Juga: Facebook Akan Susul WhatsApp Sediakan Fitur Dark Mode bagi Pengguna Telepon Seluler

"Sehingga perlu enggak disampaikan kepada masyarakat? Supaya masyarakat juga mencubit para menteri itu," tutur dia.

Menurutnya, ada dua hal yang perlu digarisbawahi dari perkataan Presiden Jokowi yakni "Apa-apaan ini" dan "Saya sangat jengkel".

Dua ungkapan itu menunjukkan bahwa Presiden tidak puas dengan kinerja para Menteri terutama dalam hal penanganan pandemi Covid-19.

Baca Juga: Miliki Jutaan Penggemar di Seluruh Dunia, Ini Kisah Cinta Member BTS Sebelum Debut pada 2013

"Menurut pandangan saya, kita tahu bahwa Presiden berlatarbelakang dari Solo, orang yang high konteks, tidak low konteks. Tapi kalau seorang yang sudah high konteks dari aspek komunikasi tiba-tiba mengeluarkan kata-kata seperti itu sudah luar biasa," ujar Emrus.

Sebelumnya, Presiden Jokowi mengaku tidak puas dengan kinerja para menteri, terlebih saat Indonesia tengah dilanda pandemi Covid-19.

Bahkan, ancaman perombakan kabinet atau pembubaran lembaga negara pun diungkapkan oleh Jokowi pada sidang paripurna 18 Juni 2020.

Baca Juga: Warga AS Anggap Tak Gunakan Masker Sebagai Bentuk Dukungan Terhadap Donald Trump dalam Pemilu

Dalam sidang tersebut hadir Wakil Presiden Ma'ruf Amin, para menteri Kabinet Indonesia Maju, dan para kepala lembaga negara.

Presiden mengatakan secara blak-blakan bahwa tidak ada kinerja menterinya yang positif secara signifikan.

"Saya harus ngomong apa adanya, nggak ada progress yang signifikan, nggak ada," kata Jokowi.***

Editor: Fitri Nursaniyah

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler