Hasil Riset Peneliti ITB: Pantai Selatan Jawa Barat dan Jawa Timur Berpotensi Tsunami

21 September 2020, 13:33 WIB
Ilustrasi Tsunami besar yang berpotensi terjadi di Pantai Selatan Jabar dan Jatim, setinggi 20 meter. /pexels/GEORGE DESIPRIS

PR BANDUNGRAYA - Waspada masyarakat yang bermukim di sepanjang Pantai selatan Jawa Barat dan selatan Jawa Timur akan adanya potensi tsunami akibat pecahnya segmen-segmen megathrust jalur sepi gempa (seismic gap) di Samudera Indonesia secara bersamaan.

Menurut Guru Besar Bidang Seismologi di Institut Teknologi Bandung (ITB), Sri Widyantoro, diprediksikan tinggi tsunami akan mencapai 20 Meter di Pantai selatan Jawa Barat dan 12 meter di selatan Jawa Timur, akibat pecahnya segmen megathrust di jalur sepi gempa.

“Tinggi tsunami dapat mencapai 20 meter di pantai selatan Jawa Barat dan 12 meter di selatan Jawa Timur,” ucap Sri Widiyantoro sebagaimana dilaporkan RRI. 

Baca Juga: Babak Baru Polemik TikTok di AS, Donald Trump Batal Blokir Aplikasi dengan Kesepakatan Ini

Hal ini didapat dari hasil riset menggunakan data gempa dari katalog BMKG dan katalog International Seismological Center (ISC) periode April 2019 sampai November 2019.

Riset itu menunjukan adanya zona memanjang di antara pantai selatan Pulau Jawa dengan Palung Jawa yang hanya memiliki sedikit aktivitas gempa.

“Karenaitu kami mengindentifikasinya sebagai seismic gap,” katanya.

Baca Juga: 3 Menteri Jokowi Tumbang karena Covid-19, Kali Ini Giliran Menag Fachrul Razi

Sementara itu, tim juga memanfaatkan data GPS dari 37 stasiun yang dipasang di Jawa Tengah dan Jawa Timur selama enam tahun terakhir. Hasil pengolahan data digunakan sebagai model simulasi numerik tinggi tsunami di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa, Jika nantinya terjadi gempa besar.

Deformasi GPS yang diamati lebih kecil daripada laju gerak lempeng (defisit slip), area tersebut berpotensi menjadi sumber gempa pada masa mendatang.

Ia menerangkan jika pendekatan dan presumsi yang digunakan dalam studi ini, sama halnya digunakan ketika riset di Pulau Nankai di Jepang.

Baca Juga: NCT 2020 Rilis RESONANCE Pt.1 Oktober Mendatang, Berikut Jadwal Lengkap Comebak OT23

Dengan mengangkat presumsi ini, area yang menjadi laju gerak lempeng yang tinggi bisa pecah secara terpisah atau bersamaan dengan terjadinya gempa.

Luas zona defisit slip di selatan Jawa Barat setara dengan gempa bumi bermagnitudo 8.9 dengan asumsi periode ulang gempa 400 tahun sesuai dengan penelitian sebelumnya.

Untuk periode ulang yang sama, zona dengan defisit slip tinggi di bagian timur setara dengan gempa bermagnitudo 8.8

Baca Juga: Jangan Lupa! Mulai Hari Ini Penumpang KRL Wajib Pakai Masker Tiga Lapis

“Sedangkan jika kedua zona defisit slip tersebut pecah dalam satu kejadian gempa, maka akan dihasilkan gempa dengan kekuatan sebesar Mw 9.1,” ucap Widyantoro.

Untuk memprediksikan potensi bahaya tsunami di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa, tim riset melakukan pemodelan tsunami dengan tiga skenario, yakni pada segmen Jawa bagian barat, segmen Jawa bagian timur, dan segmen gabungan dari bagian barat dan timur.

Tim riset yang beranggotakan Endra Gunawa, Abdul Muhari, Nick Rawlinson, Jim Mori, Nuraini Rahma Hanifa, Susilo, Pepen Supendi Hasbii A Shiddiqi, Andir D Nugraham dan Hengki E, Putra.

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Minyak Kayu Putih Bisa Memutihkan Kulit Ketiak Gelap?

Hasil dari riset menyatakan potensi tsunami yang sangat besar dengan ketinggian maksimum 20.2 meter di dekat pulau-pulau kecil sebelah Banten dan 11.7 meter di Jawa Timur.

“Tinggi tsunami bisa lebih tinggi daripada yang dimodelkan jika terjadi longsoran di dasar laut seperti yang terjadi saat Gempa Palu dengan magnitudo 7,5 pada 2018,” ucap hasil penelitian tersebut.

Jadian multidisiplin ini yang mencakup analisis data seismik dan geodetik serta pemodelan tinggi tsunami, secara jelas mengungkapkan adanya seismic gap di lepas pantai selatan Jawa yang dapat menjadi sumber gempa besar di masa mendatang dengan tsunami yang sangat desktuktif.

Baca Juga: Menag Fachrul Razi Positif Covid-19, Begini Kondisi Terbaru Kesehatannya

Hasil dari riset yang dilakukan, menurutnya perlu menambah instrumen sistem peringatan dini tsunami yang relatif masih jarang untuk area di selatan Pulau Jawa untuk melindungi penduduk yang tinggal di wilayah pesisir pantai.***

Editor: Fitri Nursaniyah

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler