Butik Anne Avantie Sempat Jadi Korban Kerusuhan 1998, hingga Ucapan Sang Bunda Selalu Jadi Pedoman

13 Oktober 2020, 17:18 WIB
Anne Avantie. /Instagram.com/@anneavantieheart

PR BANDUNGRAYA - Sudah 30 tahun berkarya di dunia fesyen Indonesia yang terkenal dengan koleksi kebayanya. Meskipun karyanya sudah melanglang buana hingga kancah internasional namun Anne Avantie masih tetap santun dan membumi. 

Anne menceritakan pengalamannya membuat APD (Alat Pelindung Diri) hingga kisahnya tentang menjadi korban kerusuhan 1998. 

Ada satu peristiwa yang menggugah hati Anne ketika mencoba untuk memberikan ruang untuk berbicara dengan hati kita sendiri. 

Baca Juga: Sinopsis Patriots Day, Aksi Terorisme Ledakkan Sebuah Acara Tayang Malam Ini di Bioskop Trans TV

Wanita asal Semarang ini pun menceritakan juga pameran terakhirnya pada Maret di Palembang, Sumatera Selatan membuat beberapa usahanya kini lesu terdampak pandemi Covid-19. 

Pada suatu pagi, Anne dihubungi oleh perawat bernama Victori dari RS Santa Elisabeth Semarang, suster tersebut meminta bantuan kepada Anne untuk membuat APD. 

Anne pun cukup kaget karena sebelumnya dia belum pernah membuat APD bahkan melihatnya pun belum pernah. Ada sesuatu menyentuh hati Anne. 

Baca Juga: Fenomena La Nina di Depan Mata, Jokowi Tunjuk Mensos Juliari Batubara Antisipasi Soal Bencana

Saat semua usaha Anne seperti butik, UMKM, dan lainnya pun terdampak pandemi Covid-19, Anne memutuskan untuk membuat APD namun ternyata baju Hazmat tersebut tidak diperjualbelikan.

"Itu menjadi momentum, bagi saya untuk mengambil keputusan paling berat yaitu tidak ada penghasilan, punya pekerjaan tapi harus diberikan," ucap Anne dikutip Prbandungraya.pikiran-rakyat.com dari Podcast Ruang Sandi pada Selasa, 13 Oktober 2020. 

Perempuan kelahiran 22 Mei 1966 ini pun sempat mengunggah cerita tersebut di akun resmi Instagramnya @anneavantieheart. 

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Pemprov Jakarta Membuka Sekolah untuk Belajar Tatap Muka di Masa PSBB Transisi?

"Saya Anne Avantie, hari ini saya membuat APD yang akan dibagikan secara cuma-cuma untuk tim medis yang sudah meninggalkan diri sendiri dan berbuat (berjuang) untuk orang lain, silahkan menghubungi atas nama ini, emailnya ini, dan setiap hari yang masuk itu jumlahnya ribuan," ucap Anne.

Sandiaga Uno pun menyampaikan tanggapan masyarakat yang bangga atas kerja keras Anne dan tim, pemerintah pun sangat sangat mengapresiasi kebaikan sisi-sisi kemanusiaan yang muncul dari Anne dan tim saat pandemi Covid-19. 

Anne juga tidak mau menyerah ketika sekelilingnya berpikir negatif atas apa yang dilakukannya. 

Baca Juga: Spesifikasi dan Harga Samsung Galaxy S20 FE, Versi Murah Dirancang Khusus untuk Milenial

"Saya mengatakan, jangan dipikirin, saya nggak mau itu. Tapi yang saya buat adalah saya membuat edukasi, saya katakan pada yang lain pada saat pandemi ini, tiba-tiba kamu menjadi baik hati, tiba-tiba kamu jadi peduli banget, tiba-tiba membagikan sembako, bagi apa-apa," kata Anne. 

Kemudian dia pun menambahkan ketika semua hal yang telah dilakukan tersebut lalu difoto, kemudian di unggah di sosial media sehingga banyak yang orang yang berkomentar, dan ada yang merespon bahwa mereka hanya orang-orang pansos. 

Anne pun berkata, "panjat terus itu sosial media,kemudian gantungan itu di atas lampu yang sangat besar sekali, terangi kebawah, supaya banyak orang menjadi melihat, bahwa ini perbuatan baik jangan ditutup dengan hoaks."

 Baca Juga: Waspada! Puncak Fenomena La Nina Terjadi pada Desember, Begini Imbauan BMKG

Selain itu Anne pun menceritakan pengalaman buruhnya saat Reformasi 1998 ketika kerusuhan terjadi di banyak wilayah di Indonesia. 

Anne Avantie menjadi salah satu korban yang merugi besar akibat penjarahan massal. 

Krisis ekonomi dan demonstrasi besar-besaran yang terjadi di seluruh kota besar memicu turunnya Soeharto, kejadian tersebut sangat kuat dalam ingatan Anne. 

Baca Juga: Ajak Penggemar Nostalgia, Harry Styles Hadirkan Versi Set Vinil untuk Album 'Fine Line'

Pasalnya, dua tahun sebelum kejadian, ibu dari Anne Avantie sempat jatuh sakit karena kanker serviks stadium II. 

Di masa-masa itu, Anne merasakan betapa sulitnya mendapatkan pertolongan orang lain ketika kesusahan.

"Di situlah saya merasa, suatu hari nanti kalau saya punya uang gitu, saya pengennya, izinkan saya untuk berbuat banyak bagi orang lain gitu," ucap Anne. 

Baca Juga: Netizen Tiongkok Dinilai Terlalu Nasionalis, Kecam BTS Tanpa Keterangan Jelas dari RM

Perjuangan untuk mempertahankan hidup ibunya begitu sulit, sampai-sampai semua aset mulai dari televisi hingga kulkas harus dijual. Ujian hidup belum selesai karena Anne harus rela kehilangan penyambung hidupnya saat kerusuhan 1998. 

Toko milik Anne dibakar massa hingga rata dengan tanah dan tidak ada yang tersisa sama sekali. 

Namun, ucapan sang ibu justru menguatkan Anne, bahkan perkataan tersebut diakuinya masih terngiang di telinga. 

Baca Juga: Indonesia Rawan Bencana, BNPB dan MDMC Bangun Program bagi Masyarakat untuk Kurangi Risiko Bencana

"Mami katakan, 'Jangan pernah kamu sakit hati dengan tanah air yang kamu pijak. Jangan ada trauma apapun. Ini garis yang sudah harus kita terima'," ucap Anne.***

Editor: Fitri Nursaniyah

Tags

Terkini

Terpopuler