Ia menerangkan jika pendekatan dan presumsi yang digunakan dalam studi ini, sama halnya digunakan ketika riset di Pulau Nankai di Jepang.
Baca Juga: NCT 2020 Rilis RESONANCE Pt.1 Oktober Mendatang, Berikut Jadwal Lengkap Comebak OT23
Dengan mengangkat presumsi ini, area yang menjadi laju gerak lempeng yang tinggi bisa pecah secara terpisah atau bersamaan dengan terjadinya gempa.
Luas zona defisit slip di selatan Jawa Barat setara dengan gempa bumi bermagnitudo 8.9 dengan asumsi periode ulang gempa 400 tahun sesuai dengan penelitian sebelumnya.
Untuk periode ulang yang sama, zona dengan defisit slip tinggi di bagian timur setara dengan gempa bermagnitudo 8.8
Baca Juga: Jangan Lupa! Mulai Hari Ini Penumpang KRL Wajib Pakai Masker Tiga Lapis
“Sedangkan jika kedua zona defisit slip tersebut pecah dalam satu kejadian gempa, maka akan dihasilkan gempa dengan kekuatan sebesar Mw 9.1,” ucap Widyantoro.
Untuk memprediksikan potensi bahaya tsunami di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa, tim riset melakukan pemodelan tsunami dengan tiga skenario, yakni pada segmen Jawa bagian barat, segmen Jawa bagian timur, dan segmen gabungan dari bagian barat dan timur.
Tim riset yang beranggotakan Endra Gunawa, Abdul Muhari, Nick Rawlinson, Jim Mori, Nuraini Rahma Hanifa, Susilo, Pepen Supendi Hasbii A Shiddiqi, Andir D Nugraham dan Hengki E, Putra.
Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Minyak Kayu Putih Bisa Memutihkan Kulit Ketiak Gelap?