“Kemenperin terus berupaya melestarikan serta mendorong pengembangan industri batik nasional agar lebih berdaya saing global,” ujar Menperin.
Akan tetapi, dibalik data Kemenperin yang mana industri batik mencapai 47.000 unit dan tersebar di 101 sentra serta mempekerjakan lebih dari 200.000 orang, kegiatan jual beli batik lokal mengalami penurunan.
Baca Juga: Tayang Malam Ini di Bioskop Trans TV, Kisah Cinta Segitiga King Arthur dalam Film First Knight
Rheza Aditya, seorang pedagang batik lokal asal kota Bandung mengatakan bahwa tokonya mengalami penurunan pemasukan selama masa pandemi.
Ia memaparkan bahwa ada perbedaan sebelum dan selama pandemi berlangsung.
“Ada perbedaan, sebelum pandemi kami bisa menjual batik dengan harga yang cukup tinggi, namun sekarang tidak bisa karena kondisi ekonomi yang kurang baik serta minat beli yang berkurang hingga 50%,” ujarnya saat dihubungi melalui whatsapp pada 2 Oktober 2020.
Baca Juga: BTS Bicara Soal Besarkan Jungkook di The TonightShow, V: Kamu Tidak Bisa Hidup Tanpaku
Sebelumnya dalam dunia batik, motif yang begitu ramai dicari oleh masyarakat adalah batik modern dan batik dengan motif parang rusak.
Sebagai seorang pedagang batik lokal, Rheza Aditya memiliki harapan yang lebih dalam menyikapi hari batik nasional.
“Sebagai pedagang batik saya berharap rakyat indonesia lebih mengapresiasi dan juga lebih menghargai batik,” ujarnya