Hari Kesehatan Mental Sedunia, Masih Banyak Kasus Disabilitas Mental Dipasung

- 10 Oktober 2020, 17:17 WIB
Ilustrasi kesehatan mental.
Ilustrasi kesehatan mental. //Pixabay

PR BANDUNG RAYA – Pada tahun 1922 WHO meresmikan Hari Kesehatan Mental Sedunia. Organisasi Kesehatan Dunia menetapkan tanggal 10 Oktober sebagai hari Kesehatan Mental Sedunia.

Dibalik perayaan hari kesehatan mental sedunia, kasus disabilitas mental dipasung di Indonesia masih tinggi dan harus disoroti.

Dikutip Prbandungraya.pikiran-rakyat.com dari RRI, Human Right Watch (HRW) menyoroti tingginya kasus kehidupan penyandang disabilitas mental. Mereka yang menderita hidup dalam pemasungan di berbagai negara seperti India, Ghana, dan Indonesia.

Baca Juga: Ini Masker yang Terbaik Digunakan Setelah N95

Aktivis HRW Kriti Sharma mengatakan bahwa masih banyak penyandang disabilitas mental yang hidup dalam pemasungan. Mereka selalu dalam kondisi terabaikan apalagi dalam pemenuhan kebutuhannya seperti makan, kebersihan dan hal lainnya.

"Serta cenderung hidup dalam tindak kekerasan atau pengabaian oleh keluarganya," kata Sharma dalam virtual conference turut dihadiri Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat, Sabtu 10 Oktober 2020.

Kriti mengatakan kebanyakan penyandang disabilitas mental selalu terabaikan oleh keluarganya sendiri, hal ini yang menjadi kekhawatiran HRW.

Baca Juga: Ada Pemeliharaan dan Rekonstruksi di Ruas Tol Jagorawi, Perhatikan Jadwalnya Disini

Ia menilai bahwa tindakan untuk pemasungan di seluruh dunia kepada penyandang disabilitas mental harus segera diakhiri karena hal tersebut merupakan bentuk tidak terpuji.

Kriti meminta kepada dunia Internasional untuk memperbaiki pusat-pusat atau layanan-layanan bagi para penyandang disabilitas, karena menurutnya itu merupakan solusi ketimbang harus memasung para penyandang disabilitas.

Selain memperkuat fasilitas umum seperti Lembaga-lembaga rehabilitasi, ia menekankan bahwa pengawasan yang ketat terhadap penyandang disabilitas harus ditingkatkan lagi.

Baca Juga: Mengais Rezeki di Tengah Demonstrasi, Kasturi Pungut Sampah Plastik untuk Biaya Hidup Keluarganya

Kemudian mencoba menghilangkan stigma buruk yang berada dalam benak masyarakat terhadap penyandang disabilitas untuk meningkatkan kualitas kehidupan para penyandang disabilitas.

"Dengan layanan berbasis masyarakat serta menghilangkan stigma negatif terhadap penyandang disabilitas mental," ujarnya.

Selain itu salah satu seorang pembicara dari Indonesia Yenni Rosa sebagai perwakilan dari Perhimpunan Jiwa Sehat menegaskan bahwa Indonesia masih banyak memiliki penyandang disabilitas mental yang hidup dalam pemasungan.

Baca Juga: Presiden Tiongkok Xi Jinping Ungkap Keinginan Mempererat Hubungan dengan Korea Utara

Ia menjelaskan bahwa penyandang disabilitas mental di Indonesia yang ada di Indonesia masih memiliki stigma yang buruk terhadap penyandang disabilitas. Padahal pada faktanya para penyandang disabilitas mental membutuhkan pengakuan dari keluarga terdekat.

Penyandang disabilitas mental di Indonesia yang hidup dalam pemasungan kondisinya memprihatinkan karena kurang diperhatikan oleh keluarganya.

"Kondisinya memprihatinkan, selain mereka kurang mendapatkan perhatian juga kebutuhan per nutrisi dan pengobatan sangat jauh dari layak," pungkasnya. ***

Editor: Abdul Muhaemin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah