Gemar Makan Gehu dan Bala-bala, Wanita Asal Sumedang Menderita Obesitas hingga 122 Kilogram

- 1 Juli 2020, 18:29 WIB
Penderita obesitas Heni Jubaedah sedang menjelaskan ihwal penyakitnya dan berharap ingin mendapatkan bantuan pengobatan di rumahnya di Dusun/Desa Gudang RT 03/RW 03, Kecamatan Tanjungsari, Sumedang, Jawa Barat, Selasa, 30 Juni 2020.*
Penderita obesitas Heni Jubaedah sedang menjelaskan ihwal penyakitnya dan berharap ingin mendapatkan bantuan pengobatan di rumahnya di Dusun/Desa Gudang RT 03/RW 03, Kecamatan Tanjungsari, Sumedang, Jawa Barat, Selasa, 30 Juni 2020.* /Pikiran-rakyat.com/Adang Jukardi/

PR BANDUNGRAYA - Wanita obesitas asal Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, Heni Jubaedah (47) memiliki kesulitan untuk menurunkan berat badannya yang kini mencapai 122 kilogram (kg).

Hal tersebut dikarenakan minimnya pendapatan Heni dan sang suami, Agus Saripudin (51) yang bekerja sebagai buruh bangunan, sehingga tidak mampu membeli obat penurun lemak yang telah diresepkan dokter.

Sebagaimana dilaporkan Pikiran-Rakyat.com, Rabu 1 Juli 2020, Heni probadi memohon uluran tangan Pemerintah dan para dermawan untuk mengatasi masalah obesitasnya.

Baca Juga: Luhut Binsar Pandjaitan Kaget, Bank Dunia Naikkan Peringkat Penghasilan Indonesia di Tengah Pandemi

Heni mengaku tidak memiliki kartu BPJS kesehatan tanggungan pemerintah. Sehingga, untuk berobat ke dokter harus mengeluarkan biaya sendiri.

“Seharusnya saya membeli obat diet (penurun berat badan) lagi sesuai resep dokter. Harganya Rp 400.000. Karena tidak punya uang sehingga obatnya tidak terbeli. Padahal, sewaktu saya meminum obat diet dari dokter, alhamdulillah berat badan saya menurun. Dari asalnya 130 kilogam, sekarang 122 kilogram," ujar Heni Jubaedah didampingi suaminya Agus Saripudin ketika ditemui di rumahnya, Selasa, 30 Juni 2020

Heni sangat berharap dirinya bisa berobat ke RSUD Sumedang supaya bisa secepatnya sembuh. Namun, karena tidak punya uang untuk ongkos transportasi berikut berbagai biaya akomodasinya, sehingga keinginannya itu sampai sekarang belum terwujud.

Baca Juga: Dipaksa Melihat Ketiga Cucunya Diperkosa, Sang Nenek Mati Kena Serangan Jantung

“Inginnya mah berobat ke rumah sakit Sumedang (RSUD Sumedang), tapi nggak punya biaya. Apalagi saya tidak punya kartu BPJS,” tuturnya.

Suaminya, Agus Saripudin menambahkan, setelah Heni dinyatakan menderita obesitas oleh dokter tapi tidak mampu berobat lagi karena keterbatasan dana, dirinya sempat meminta bantuan kepada pemerintah Desa Gudang.

Bantuannya supaya Heni bisa berobat gratis di RSUD Sumedang. Disyukuri, pemerintah desa membuat surat keterangan tidak mampu (SKTM) sebagai pengantar berobat ke RSUD Sumedang.

Baca Juga: Pemerintah Resmi Perpanjang Subsidi Listrik Rumah Tangga 450 VA dan 900 VA hingga September 2020

“Akan tetapi, karena saya tidak punya uang untuk ongkos transport dan biaya lainnya, sehingga surat SKTM-nya keburu habis masa berlakunya atau sudah kadaluarsa. Namun, saya tetap berharap istri saya bisa berobat di RSUD Sumedang supaya bisa cepat sembuh. Kalau tidak berobat, saya khawatir berat badannya terus bertambah hingga menimbulkan penyakit lainnya,” kata Agus.

Lebih jauh Heni menjelaskan, walaupun tidak berobat lagi, kini ia berupaya menjalankan program diet sesuai anjuran dokter. Makanan yang dianjurkan, yakni makan nasi beras merah 2 kali sehari dengan sayur-sayuran, banyak minum air putih dan banyak makan buah-buahan di sore hari.

Sedangkan makanan yang dihindari, seperti makan nasi putih, makanan berlemak dan berminyak, ikan asin, teh manis, dan lain-lain.

Baca Juga: 10 Warga Cilacap yang Lahir Tanggal 1 Juli Dapat SIM Gratis, Polres Sebut Tes Tetap Wajib Diikuti

"Sampai sekarang, saya makan nasi beras merah saja dua kali sehari. Karena saya tidak kuat berdiri terlalu lama, sehingga yang menanak nasi beras merah, anak saya yang sulung,” ucapnya.

Disyukuri, kata dia, dengan penyakitnya itu, ia tidak merasakan sakit, sesak napas atau pusing. Tekanan darah dan jantungnya pun normal.

Bahkan setelah berat badannya turun menjadi 122 kg, kini ia bisa berdiri, jongkok dan berjalan. Kecuali jika berdiri dan berjalan terlalu lama, tidak kuat dan napasnya sesak.

Baca Juga: Pilih Cerai Usai 2 Tahun Berumah Tangga dengan Engku Emran, Laudya Cynthia Bella: Takdir Allah

“Cuma keluhannya, kalau sudah jongkok mau berdiri, sulit karena seperti ada yang mengganjal di bawah perut. Kalau mau berdiri, kedua tangan harus menahan di permukaan ember besar,” ujar Heni.

Meski Heni divonis menderita obesitas, ia tidak merasa senang mengonsumsi makanan yang berlemak, seperti bakso, es krim, jeroan daging sapi, telur, keju, dan lain-lain. Hanya saja, sebelumnya ia senang mengonsumsi gorengan, terutama gehu dan bala-bala. Selain itu juga, pola makannya tidak teratur, jarang berolah raga dan bergerak.

“Kalau makan, sesukanya saja. Rata-rata 3 kali sehari, terkadang sampai 5 kali. Mungkin juga saya karena kurang gerak atau banyak cimekblek (berdiam diri) di luar rumah. Kalau dulu ketika punya anak satu, saya bekerja di pabrik pahpir (kertas rokok) sehingga banyak bergerak,” tuturnya.

Baca Juga: Gemas Foto Member BTS Pura-pura Ketakutan, ARMY Salah Fokus Duga Jimin Cium Tangan V

Ia menambahkan, berat badannya mulai bertambah, sekira 7 tahun lalu ketika melahirkan anak yang ketiga. Saat itu berat badannya, sekitar 80 kg dan dianggap gemuk biasa. Namun, dikarenakan sering diam di rumah atau tidak banyak bergerak, sehingga berat badannya terus bertambah.

“Nah, sewaktu bulan puasa kemarin, saya sakit mata, sakit pinggang, kaki kesemutan dan sering ngantuk. Ketika diperiksa ke klinik, ternyata kata dokter saya terlalu gemuk sehingga harus diberi obat penurun lemak dan diet. Saat itu berat badannya 130 kg. Setelah minum obat dan diet lalu kontrol lagi ke klinik, alhamdulillah turun menjadi 122 kg. Cuma sekarang obatnya habis. Mau beli lagi, enggak punya uang,” kata Heni mengeluh seraya memohon bantuan.*** (Adang Jukardi/Pikiran-Rakyat.com)

Artikel ini tayang sebelumnya di Pikiran-Rakyat.com dengan judul Usai Berat Badan Turun 8 Kg, Penderita Obesitas di Sumedang Ini Minta Bantuan Dana Berobat Lanjutan

Editor: Fitri Nursaniyah

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x