Sejarah Sumpah Pemuda: Mulai dari Kongres 1,2 dan 3 Lengkap dengan Ikrarnya

- 23 Januari 2022, 17:25 WIB
Ilustrasi Sejarah Sumpah Pemuda: Mulai dari Kongres 1,2 dan 3 Lengkap
Ilustrasi Sejarah Sumpah Pemuda: Mulai dari Kongres 1,2 dan 3 Lengkap /Freepik

BANDUNGRAYA.ID - Simak inilah sejarah singkat peringatan Sumpah Pemuda mulai dari kongres 1,2 dan 3.

Peringatan Hari Sumpah Pemuda biasanya akan dilaksanakan setiap tanggal 28 Oktober.

Sebelum Anda turut memperingatinya, alangkah baiknya harus paham terlebih dahulu terkait sejarah Sumpah Pemuda.

Baca Juga: Mantan Ketua Umum PP Pemuda Persis Eka Permana Habibillah Tutup Usia

Baca Juga: Ormas Pemuda Pancasila dan Forum Betawi Rempug Bentrok, Wagub DKI Jakarta Bilang Begini

Sejarah Sumpah Pemuda

Hari Sumpah Pemuda ini tentu memiliki perjalanan sejarah yang panjang. Mulai dari Kongres pertama, kedua hingga ketiga yang menghasilkan ikrar Sumpah Pemuda yang saat ini selalui dibacakan setiap 28 Oktober.

Sumpah Pemuda merupakan hasil pertemuan atau kongres para pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928. Berikut ini kisah singkatnya:

Kongres Pertama

Baca Juga: Sejarah Pertandingan Persib vs Persik: Hilton Mauro Bobol Gawang Macan Putih!

Baca Juga: Sejarah Hari Aids Sedunia yang Diperingati 1 Desember 2021

Pada Kongres pertama, para pemuda ini dilaksanakan pada Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng.

Dalam sambutan Kongres, Soegondo berharap pertemuan ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda.

Kemudian acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Jamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda.

Menurut Moehammad Jamin, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

Kongres Kedua

Kongres kedua terjadi pada Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan.

Pada saat itu, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, sependapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.

Kongres Ketiga

Pada sesi berikutnya, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan.

Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.

Sebelum kongres ini ditutup diperdengarkan lagu “Indonesia” karya Wage Rudolf Supratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres.

Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil akhir pertemuan. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia, berbunyi:

Pertama,
Kami Poetera Dan Poeteri Indonesia,
Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe,
Tanah Indonesia.
Kedoea,
Kami Poetera Dan Poeteri Indonesia,
Mengakoe Berbangsa Jang Satoe,
Bangsa Indonesia.
Ketiga,
Kami Poetera Dan Poeteri Indonesia,
Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean,
Bahasa Indonesia.***

Editor: Siti Resa Mutoharoh

Sumber: Menpora RI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah