Bantai dan Mutilasi 9 Orang, Kuasa Hukum Pria Ini Malah Sebut Pembunuhan Atas Permintaan Korban

1 Oktober 2020, 15:51 WIB
Penduduk lokal berdoa di dekat kompleks apartemen di Zama, diluar Tokyo, pada 10 November 2017, di mana sembilan mayat yang dipotong-potong ditemukan minggu sebelumnya di rumah Takahiro Shiraishi.* /Kyodonews/

PR BANDUNGRAYA - Tepat 3 tahun berlalu setelah tragedi pembunuhan, mutilasi dan penyimpanan mayat sembilan orang di Apartemen dekat Tokyo yang dilakukan seorang pria Jepang yang melibatkan para korban yang telah menyatakan keinginannya untuk bunuh diri di Twitter.

Melansir dari Kyodo News, dalam persidangan pertama persidangannya, terdakwa Takahiro Shiraishi 29 tahun membenarkan tuduhan kasus terhadapnya kepada Pengadilan Distrik Tokyo cabang Tachikawa.

Namun, tim pembelanya mengambil sikap yang berbeda dari Shiraishi, yang mengatakan bahwa dia membunuh para korban yang terdiri dari delapan wanita dan satu pria berusia 15 hingga 26 tahun dengan persetujuan mereka.

Baca Juga: Reuni Aktor Drama Populer Coffee Prince, Gong Yoo Kenang Mendiang Lee Eon di Film Dokumenter

Mereka telah menyatakan pikiran untuk bunuh diri di media sosial, dan karena itu meminta keringanan atas tuduhan pembunuhan dengan persetujuan korban.

Jaksa penuntut mengatakan bahwa Shiraishi melakukan "pembunuhan keji dan brutal untuk memuaskan keinginannya" tanpa persetujuan korban saat ia memperkosa para wanita dan membunuh mereka semua untuk mencuri uang mereka.

Tim pembelanya berpendapat Shiraishi mungkin mengalami gangguan secara mental atau berada dalam kondisi kurang baik pada saat itu dan tidak boleh dianggap bertanggung jawab secara kriminal. Jaksa menegaskan bahwa dia berkompeten secara mental.

Baca Juga: Ribuan Kartu Tani Diblokir, Dinas Pertanian Sumedang Berkoordinasi dengan Pihak Bank

Menurut dakwaan, Shiraishi mencekik dan memotong-motong korbannya dari Tokyo dan empat wilayah besar lainnya dari Agustus hingga Oktober 2017.

Mayat mereka ditemukan di dalam wadah seperti kotak pendingin di apartemennya di Zama, Prefektur Kanagawa.

Shiraishi diduga telah mencuri uang dari mereka dan melakukan pelecehan seksual terhadap semua korban perempuan. Dia berhutang pada salah satu wanita sekitar 360 ribu yen atau setara dengan Rp50 juta.

Baca Juga: Ditanya Soal Peran BTS dalam Dunia Politik, Begini Jawaban RM dan Suga

Setelah lima bulan menjalani tes psikiatri, jaksa menyimpulkan Shiraishi dapat dimintai pertanggungjawaban pidana dan mendakwanya pada September 2018.

Dalam persidangan dengan sistem hakim awam, nama korban tidak diungkapkan dan malah dirujuk dengan inisial huruf A sampai I untuk melindungi martabat mereka.

Pengadilan telah memisahkan para korban menjadi tiga kelompok secara kronologis dengan total 24 persidangan, yang dijadwalkan berlangsung selama 77 hari. Keputusan tersebut akan dijatuhkan pada 15 Desember.

Baca Juga: Dua Pekan PSBB, Polisi Justru Sebut Kecelakaan di Jakarta Meningkat hingga Angka 40 Persen

Pembunuhan berantai ini pertama kali terungkap pada Oktober 2017 ketika petugas polisi mengunjungi apartemen Shiraishi dan menemukan beberapa kotak pendingin berisi bagian tubuh selama pencarian mereka untuk seorang wanita Tokyo berusia 23 tahun yang hilang, yang kemudian ternyata menjadi salah satu korban.

Shiraishi diyakini telah mendekati orang-orang yang mengungkapkan pikiran untuk bunuh diri di Twitter dengan nama akunnya yang diterjemahkan sebagai "Hangman" dan mengundang mereka ke rumahnya, mengatakan dia akan membantu mereka mati, menurut sumber investigasi.

Dia rupanya mencari di internet cara memutilasi tubuh dan membeli alat seperti gergaji dan chopper (alat penggiling), sambil berlatih cara mengikat simpul tali.

Baca Juga: BTS hingga TREASURE, Berikut 'Visual Segitiga Bermuda' di Grup K-Pop Versi K-Netizen

Kasus tersebut mengejutkan banyak orang di masyarakat Jepang dan mendorong pemerintah serta bisnis layanan jejaring sosial untuk meningkatkan dukungan bagi kaum muda yang membutuhkan bantuan.

Menyusul insiden tersebut, Twitter Jepang mulai mengizinkan pengguna untuk ditautkan ke organisasi dalam upaya pencegahan bunuh diri setiap kali terdapat cuitan yang terkait dengan bunuh diri. ***

Editor: Abdul Muhaemin

Tags

Terkini

Terpopuler