Banyak Konten Tak Senonoh, Pakistan Susul India Larang Penggunaan Aplikasi TikTok

12 Oktober 2020, 06:57 WIB
Ilustrasi Tiktok: Pakistan larang penggunaan aplikasi TikTok karena suguhkan konten tak senonoh. /PIXABAY.COM/PIXABAY

PR BANDUNGRAYA - Susul India, Pakistan jadi negara selanjutnya yang melarang penggunaan aplikasi TikTok asal Tiongkok. Alasannya, kritikus Pemerintah menilai konten di dalam aplikasi tersebut tidak bermoral. 

Otoritas Telekomunikasi Pakistan menerima keluhan dri sejumlah masyarakat sial konten TikTok yang tidak bermoral dan tidak senonoh. Hal ini disampaikan pada Jumat lalu seiring dengan diumumkannya larangan penggunaan TikTok oleh Pemerintah.

Dikatakan bahwa pihaknya telah memberitahu perusahaan tentang keluhan konten yang berasal dari platform media sosial milik Tiongkok ini, tetapi administrator TikTok tidak menanggapi kekhawatiran mereka. 

Baca Juga: Tampan dan Multitalenta, Simak 8 Fakta Chanyeol EXO yang Harus EXO-L Ketahui

Pihaknya pun mengatakan terbuka untuk berbicara dengan perusahaan yang tunduk pada mekanisme TikTok untuk mengurangi konten yang melanggar hukum.

ByteDance, perusahaan Tiongkok pengembang aplikasi TikTok, mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk mematuhi undang-undang tersebut dan melakukan kontak rutin dengan regulator Pakistan. 

“Kami berharap dapat mencapai kesimpulan yang membantu kami melayani komunitas online yang dinamis dan kreatif di negara ini,” kata pihak ByteDance dalam sebuah pernyataan yang dikutip Prbandungraya.pikiran-rakyat.com dari New York Times pada Minggu, 11 Oktober 2020.

Baca Juga: Geger Penemuan Mayat Bayi yang Membusuk di Tumpukan Sampah Kampung Saradan Kota Cimahi 

Konten TikTok yang bertebaran seperti para remaja yang menyinkronkan bibir dan video-video yang mengandung meme telah menuai kritik dari pemerintah di seluruh dunia, karena berbagai alasan. 

Diketahui bahwa Donald Trump telah berusaha untuk memblokir aplikasi tersebut, sejauh ini tidak berhasil, hal tersebut karena menarik kekhawatiran privasi dan kepemilikan aplikasi dari Tiongkok tersebut. Sehingga ByteDance ini telah jadi buah perdebatan. 

Selain Amerika Serikat, India pun telah melarang layanan aplikasi milik Tiongkok lainnya di tengah meningkatnya ketegangan antara New Delhi dan Beijing. 

Baca Juga: Jurnalis Kerap Jadi Korban Aksi Demonstrasi, Polisi Harus Evaluasi Pengamanan Demo

TikTok juga sesekali menghadapi larangan di tempat-tempat seperti Indonesia dan Bangladesh karena masalah kesusilaan publik, serta tekanan di Amerika Serikat dan tempat lain atas privasi dan konten karena basis penggunanya merupakan anak muda. 

Pakistan keberatan tentang dampak potensial bagi masyarakat terkait pengguna TikTok. Seperti pengguna TikTok di tempat lain, pengguna TikTok di Pakistan yang aktif cukup banyak, sekitar 20 juta.

Menurut pemerintah, mengutip angka-angka perusahaan dengan membuat video mulai dari nomor tarian do-it-yourself hingga monolog tentang masyarakat, politik, dan kehidupan sehari-hari. 

Baca Juga: LINK LIVE STREAMING Timnas U-19 Vs Macedonia Utara, Shin Tae-Yong Merubah Formasi

Hingga muncul influencer yang menghasilkan uang sampingan. Bintang TikTok paling populer di Pakistan, seperti Jannat Mirza yang telah mengumpulkan 10 juta pengikut dengan video-video yang sering kali menebar tentang romansa anak muda.

Tetapi Muslim konservatif di Pakistan semakin menuduh TikTok menguji norma sosial yang dapat diterima. Mereka menganggap meme dan adaptasi lagu terlalu sugestif dan terlalu bersifat cabul. 

Banyak orang melihat konten tersebut sebagai konten yang tidak sopan dan vulgar. Ada juga keluhan yang meningkat tentang perilaku nakal di bawah umur dan memamerkan senjata ilegal. 

Baca Juga: Bandung Auto Fest 2.0 Tahun ini Akan Digelar dengan Menerapkan Protokol Kesehatan

Perdana Menteri Imran Khan, mantan bintang kriket yang pernah terkenal dengan gaya hidupnya yang flamboyan ini menjadi semakin konservatif sejak memasuki politik. Dia mengkritik TikTok karena mengandung konten cabul dan vulgar.***

Editor: Fitri Nursaniyah

Sumber: The New York Times

Terkini

Terpopuler