Kurangnya Kejelasan Tentang Pemilihan AS Bisa Berdampak Buruk Pada Ekonomi Global

5 November 2020, 17:49 WIB
Ilustrasi Pemilu AS.* /The Quint/

PR BANDUNG RAYA – Dinamika pemilu Amerika Serikat sedikit banyak mempengaruhi Indonesia dalam beberapa aspek, seperti ekonomi, politik, keamanan, dan pertahanan. Indonesia dan Amerika Serikat memang punya sejarah panjang dalam hubungan diplomatik selama 70 tahun, dimulai sejak Kedubes AS hadir di Jakarta pada 1949.

Akankah Donald Trump kembali menjabat untuk kedua kalinya? Atau justru Joe Biden, sang penantang yang akan terpilih? Siapapun yang terpilih nantinya, pemerintah akan mewaspadai dampak pemilu Amerika terhadap ekonomi Indonesia.

Seperti diungkapkan Menteri Keuangan, Sri Mulyani pada awal tahun 2020, “Warning untuk 2020 akan tetap dinamis seperti 2019. Terjadi terutama Amerika akan masuk siklus pemilu. Akan banyak sekali faktor-faktor politik yang mempengaruhi.”

Baca Juga: Dilarang BPKN, Lindungi Hak Kamu dari Modus Minimarket yang Gantikan Uang Kembalian dengan Permen

Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira menyatakan hal yang sama, bahwa pemenang pemilihan Presiden Amerika Serikat nantinya akan berdampak sangat signifikan bagi perekonomian Indonesia.

Bhima memperkirakan jika Joe Biden yang merupakan kandidat dari Partai Demokrat memenangkan pemilu ini maka eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat dengan China akan menurun. Ia akan memilih cara yang lebih kompromis dalam menghadapi China.

“Situasi ini akan menguntungkan pemulihan ekspor Indonesia baik ke Amerika maupun sebagai pemasok bahan baku ke China,” ujarnya sebagaimana dikutip prbandungraya.pikiran-rakyat.com dari Antara.

Baca Juga: Berbenah Ekonomi di Tengah Resesi, Yuk Promosikan Produk UMKM Anda di PRMN, GRATIS! Begini Caranya

Bhima menilai stimulus ekonomi Partai Demokrat akan lebih besar untuk mendorong pemulihan daya beli kelas menengah di Amerika yang merupakan pasar besar produk garmen dan alas kaki dari Indonesia.

Berbeda dengan Trump yang pro terhadap keringanan pajak bagi kelas atas atau elit. Sementara Biden juga mendorong upah minimum federal naik menjadi 15 dolar AS per jam dan akan berimbas pada permintaan barang dari Indonesia yang semakin besar jika daya beli di Amerika Serikat meningkat.

Sementara dari segi sektor keuangan, Bhima mengatakan jika Biden terpilih maka akan berdampak positif bagi kepentingan ekonomi Indonesia yang terlihat dari mulai masuknya dana asing ke bursa saham.

Baca Juga: Pilpres AS Disebut Sama dengan Pilpres Indonesia, Apalagi Jika Hal Ini Benar-Benar Kejadian

“IHSG sudah naik 5 persen dalam sebulan terakhir sehingga berada di level 5.207. sesi pembukaan hari ini asing mencatat beli bersih atau nett buy Rp 136,5 miliar merespons positif hasil pemilu dimana Biden unggul dibanding Trump,” ungkapnya.

Tak hanya itu, Biden turut memberikan angin segar ke arus modal asing jika terpilih karena investor Amerika yang selama ini bermain aman dengan beli emas, dolar dan yen jepang atau safe haven mulai berani masuk ke emerging market.

Dari sisi perdagangan internasional, menurut Ahmad Malik, jika Trump kembali ke Gedung Putih dia akan melanjutkan perang dagang dengan China. Sementara Biden akan cenderung akan mengatasi sengketa perdagangan dengan China secara multilateral, melalui organisasi perdagangan dunia (WTO).

Baca Juga: Gunung Merapi Erupsi, Status Siaga, BPPTKG Beri Imbauan untuk Para Pendaki

Jadi pertumbuhan ekonomi akan lebih kencang, harga komoditas dunia seperti nikel, minyak, CPO, juga logam seperti emas akan lebih tinggi jika Trump yang terpilih.

Akan tetapi, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Shinta Kamdani, memandang Indonesia bukan mitra dagang yang cukup signifikan bagi Amerika Serikat. Sebab bagi Amerika, Indonesia merupakan mitra dagang ke-50 di daftar mitra dagangnya.

Jadi kemungkinan siapapun yang jadi Presiden Amerika memang tidak akan punya kebijakan dagang khusus terhadap Indonesia. Namun bagi Indonesia, Amerika merupakan salah satu tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia selain China dan Uni Eropa.

Baca Juga: Pendaftaran CPNS 2021 Akan Dibuka, 6 Formasi Ini Banyak Dibutuhkan

Lima produk ekspor andalan Indonesia ke Amerika Serikat adalah produk pakaian, hasil karet, alas kaki, produk elektronik, dan furnitur.

Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan neraca perdagangan Indonesia pada September mengalami surplus 2,44 miliar (Rp 35,5 triliun), melanjutkan tren surplus lima bulan berturut-turut sejak Mei lalu.

Negara-negara mitra dagang utama Indonesia seperti Amerika Serikat, India, dan Filipina menyumbang surplus nonmigas terbesar selama September 2020 yang jumlahnya mencapai 2,13 miliar dollar AS (Rp 31 triliun).

Baca Juga: ARMY Dibuat Penasaran dengan Tato Baru di Lengan Jungkook, Masih Disembunyikan?

Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto menyatakan bahwa perkembangan kinerja ekspor maupun impor Indonesia pada Juli-September 2020 yang cenderung menguat merupakan indikasi kuat bahwa perekonomian Indonesia akan segera kembali pulih dan titik kritis dampak negatif pandemi Covid-19 telah berlalu.

Amerika Serikat yang berada pada urutan teratas negara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di dunia sejak 1992, tidak akan berhenti memperluas kepentingannya di negara lain dengan mengadakan kerja sama dalam berbagai bidang, utamanya di bidang ekonomi.

Kepada Deutsche Welle, pengamat politik luar negeri yang juga mantan Duta Besar RI untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Makarim Wibisono, meyakini siapapun presiden baru yang terpilih nantinya, tidak akan mengubah hubungan yang telah terjalin antara Indonesia dengan Amerika.

Baca Juga: Aksi Protes Anti-Prancis Kian Melebar, Polisi Korea Selatan Buru 2 Pelaku Poster di Gedung Kedubes

Jika kerja sama dengan Indonesia, kita menginginkan adanya perdagangan internasional sesuai peraturan yang ada. Jika Joe Biden terpilih, dia akan bermain di isu lingkungan, (dalam) kerangka PBB, WTO, akan manuver di dalam kerangka itu bukan sebagai single country.

Jika Donald Trump terpilih kembali, kita akan melihat kelanjutan perang dagang antara Amerika dan China. Amerika Serikat akan tetap butuh pasar, sumber daya alam, dan tempat untuk investasi.

Jika Biden yang terpilih, ia akan mengajak kerja sama Amerika Serikat di dalam masalah yang menyangkut kepentingan bersama seperti penanganan pandemi, isu lingkungan, good governance, hak asasi manusia.

Baca Juga: Terkenal Sangat Perhatian, Rose BLACKPINK Ungkap Alasan Kenapa Jarang Ngobrol Bareng Fans Saat Ini

Jadi hendaknya Indonesia menata langkah-langkah di bidang-bidang tersebut, tidak hanya menyangkut masalah ekonomi, pembangunan, dan lainnya.

Sebagai duta besar RI untuk PBB periode 2004 hingga 2007, Makarim cenderung melihat Joe Biden akan kembali memanfaatkan hubungan dengan PBB dan WTO. Jadi jika kita lihat zamannya Obama, Bill Clinton, Amerika memanfaatkan hubungannya dengan PBB, WTO, dan lainnya untuk kepentingan nasional. Biden akan kembali membawa Amerika ke Paris Climate Agreement.***

Editor: Abdul Muhaemin

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler