Sekolah Ditutup Akibat Pandemi Covid-19, Para Siswa Korban Pelecehan Seksual Nilai Belajar di Rumah Lebih Baik

- 16 Maret 2021, 12:05 WIB
Ilustrasi pembelajaran daring. Para siswa korban pelecahan seksuai nilai pembelajaran daring lebih positif ketimbang belajar tatap muka.
Ilustrasi pembelajaran daring. Para siswa korban pelecahan seksuai nilai pembelajaran daring lebih positif ketimbang belajar tatap muka. /Pixabay



PR BANDUNGRAYA – Pandemi Covid-19 yang masih melanda dunia hingga saat ini mendapatkan respon positif dari para pelajar.

Pandemi Covid-19 telah memaksa para pelajar di seluruh dunia untuk belajar secara daring dari rumah masing-masing selama lebih dari setahun terakhir.

Ada yang mengaku kangen untuk kembali bersekolah secara tatap muka dan berkumpul dengan teman-teman sekelas tetapi juga ada yang malah menilai positif sistem belajar daring ini sebagai sarana untuk mencegah terjadinya pelecehan yang biasa marak terjadi di sekolah.

Baca Juga: CEK FAKTA: Benarkah Bisa Lolos SNMPTN dan SBMPTN 2021 dengan Bantuan Jasa Calo?

Sebuah organisasi anti pelecehan seksual di Amerika Serikat bernama KnowYourIX melaporkan bahwa pandemi Covid-19 melindungi korban pelecehan dengan lebih baik dibanding apa yang pihak sekolah coba lakukan selama ini.

Terbukti bahwa selama ini, meski sekolah mengadakan penyelidikan terkait kasus pelecehan seksual yang dilaporkan, pihak sekolah tetap saja tidak berhasil memberlakukan pembatasan yang efektif antara korban dan pelaku pelecehan seksual yang menyerangnya.

Dilansir PRBandungRaya.com dari Huff Post, kurangnya penanganan dari pihak sekolah menyebabkan korban terpaksa keluar dari sekolahnya karena mengalami trauma yang sulit untuk disembuhkan.

Baca Juga: Daftar Nominasi Piala Oscar 2021 Lengkap: Film yang Kena Sensor di Tiongkok Ini Ternyata Masuk Best Picture

Hasil survei KnowYourIX menunjukkan bahwa akibat kelalaian pihak sekolah, dari sebanyak 100 murid yang menjadi korban pelecehan seksual, 27% di antaranya memilih cuti, 20% memutuskan untuk pindah sekolah, dan hampir 10% memutuskan untuk berhenti sekolah.

Sementara dengan adanya wabah Covid-19, murid-murid terpaksa belajar dari rumah masing-masing yang mana membuat korban dan pelaku pelecehan seksual yang menyerangnya dibatasi secara fisik maupun mental untuk tidak silih bertemu.

Itulah salah satu alasan mengapa organisasi KnowYourIX memandang positif wabah Covid-19 yang saat ini sedang melanda dunia.

Baca Juga: Ridwan Kamil Tegaskan Tidak Ada Vaksin Covid-19 Kadaluarsa di Jawa Barat

Tidak hanya organisasi KnowYourIX saja yang memandang positif adanya wabah Covid-19, para korban pelecehan seksual pun merasakan hal yang sama.

“Virus ini mengamankan saya dari pemerkosa karena pihak sekolah tidak bisa melakukannya,” ucap salah satu responden yang juga merupakan korban pelecehan seksual kepada KnowYourIX.

“Perlu dilakukan penutupan satu negara hingga akhirnya saya merasa aman. Rasanya saya seperti ditampar,” ucap Michaela, korban pelecehan seksual yang bersekolah di universitas di Massachusetts.

Baca Juga: Pendaftaran CPNS 2021 untuk 1,3 Juta Formasi Segera Dibuka, Pastikan Sudah Siap dengan Dokumen Wajib Ini

Michaela juga menjelaskan betapa kecewanya dirinya karena telah membayar puluhan ribu Dolar untuk biaya kuliahnya serta menghabiskan banyak waktu dan usaha tetapi pihak kampus malah tidak bisa menjamin keamanan dirinya dari pemerkosa yang dibiarkan berkeliaran bebas di kampus.

Sementara itu, Sage Carson yang merupakan pengelola organisasi KnowYourIX merasa terkejut dengan betapa bersyukurnya para korban pelecehan seksual di sekolah soal keberadaan wabah Covid-19 yang tak kunjung reda.

Memang tidak dipungkuri bahwa pelaku pelecehan seksual masih bisa menghubungi korbannya melalui media sosial selama pandemi Covid-19 berlangsng tetapi setidaknya dengan menghadiri kelas daring, korban masih bisa melanjutkan sekolah mereka dengan nyaman.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: Huff Post


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x