Jerman Temukan 3 Kasus Demam Babi Afrika, Harga Daging Babi di Tiongkok Melonjak

- 6 Oktober 2020, 05:45 WIB
Ilustrasi babi.
Ilustrasi babi. /PIXABAY/Michael Strobel

PR BANDUNGRAYA - Belum berakhir pandemi Covid-19, kini Jerman harus dihadapkan dengan wabah baru, tiga kasus demam babi Afrika (ASF) telah ditemukan pada babi hutan di Negara Bagian Brandenburg, Jerman timur.

Hal tersebut diungkapkan oleh Kementerian Pertanian federal Jerman di situsnya, pada Senin, 5 Oktober 2020.

Dikutip Prbandungraya.pikiran-rakyat.com dari Antara, penemuan wabah baru itu membuat jumlah total kasus ASF yang dikonfirmasi di Jerman menjadi 49.

Baca Juga: Update Covid-19 Kabupaten Bandung Hari Ini 5 Oktober 2020: Total Kasus Positif Mencapai 803 Kasus

Sebelumnya, kasus ASF pertama kali telah ditemukan sejak 10 September.

Namun, kementerian pertanian menyebutkan bahwa semua kasus ASF sejauh ini terjadi pada hewan liar, tanpa ada babi ternak yang terinfeksi.

Kasus terbaru ASF di Jerman ditemukan di daerah yang sama saat penemuan kasus pertama, kata kementerian itu.

Satu kasus ASF sebelumnya ditemukan di daerah baru, sekitar 60 kilometer dari daerah kasus pertama.

Institut ilmu pengetahuan Jerman, Friedrich-Loeffler, telah mengonfirmasi kasus terbaru hewan yang mengidap ASF itu.

Baca Juga: Sinopsis Film Transformers: The Last Knight, Robot Optimus Prime yang Bersembunyi dari CIA

Pihak berwenang Jerman terus melakukan pencarian intensif untuk menemukan babi- babi hutan yang mati di Brandenburg guna menilai sejauh mana penyakit demam babi Afrika itu telah menyebar.

Kementerian pertanian sebelumnya telah memperingatkan bahwa kasus ASF pada babi hutan harus diperkirakan akan muncul lebih banyak karena penyakit itu sangat menular.

Setelah ditemukan kasus demam babi tersebut, Tiongkok dan sejumlah negara lain pembeli daging babi melarang impor daging babi dari Jerman pada September 2020 setelah kasus pertama ASF terkonfirmasi.

Baca Juga: Cimahi Tambah Kasus Covid-19, Ini Update per Senin 5 Oktober 2020

Sehingga menyebabkan harga daging babi di Tiongkok melonjak. 

Kendati demikian, harga babi Jerman tidak berubah sejak terjadi anjlokan pada 11 September, dengan harapan Spanyol, Belanda, Denmark, dan negara Uni Eropa akan menggenjot penjualan daging babi ke Tiongkok dan tempat lainnya di Asia.

Hingga kini para peniliti masih menyelidiki untuk menemukan kasus baru ASF pada babi, guna memutus mata rantai persebaran virus tersebut.***

Editor: Bayu Nurullah

Sumber: Antara News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah