"Belum siap. Bandung belum siap. Belum ada satu wilayah pun yang siap. Sampai saaat ini belum ada kabupaten kota yang siap," kata Dicky pada Senin 1 Juni 2020 seperti dilaporkan Galamedianews.
Baca Juga: Demonstran Babak Belur di Gedung Putih, Donald Trump Terciduk Lari dan Sembunyi di Bawah Tanah
Jika menilik dari kriteria organisasi kesehatan dunia WHO, adaptasi kehidupan baru atau new normal baru bisa diterapkan bergantung sisi epidemiologi virus tersebut.
"Ada dari sisi angka repoduksi di mana itu harus di bawah 1, jumlah kasus barunya paling ideal 0 kalau mau bertahap minimal berkurang setengahnya, enggak ada kematian akibat COVID-19. Itu dari sisi epidemiologi," ucap kandidat doktor di Griffith University Australia itu.
Selain dari segi epidemiologi, indikator intervensi juga wajib diperhatikan. Seperti halnya cakupan pengetesan penyebaran penyakit, pelacakan penyakit, hingga kesiapan aturan, sarana, dan prasarana.
Baca Juga: Berbatasan dengan Bandung yang Masih PSBB, Mal di Kawasan Jatinangor Segera Dibuka saat New Normal
"Dari sisi intervensi, misalnya berapa cakupan testingnya. Tidak boleh menurun jumlah testingnya, minimal sama atau bagusnya meningkat dan (dilakukan) dengan PCR (Polymerase Chain Reaction)," ucap Dicky.
"Jangan sampai dikatakan kasus menurun karena testing menurun, berarti tidak valid," kata dia.
Hal yang tak kalah penting, sebagaimana disebutkan WHO, adalah partisipasi aktif dari masyarakat untuk menghentikan penyebaran COVID-19.
Baca Juga: New Normal Sumedang 2 Juni, Simak Protokol Adaptasi Kebiasaan Baru di Tempat Kerja dan Rumah Ibadah