“BNPT akan terus mensupport pembangunan kesejahteraan pada aspek kemasyarakatan berbangsa dan negara,” ungkapnya dalam talkshow tersebut.
Gugus Tugas Pemuka Agama, K.H. Said Aqil Sirodj mengungkapkan, tidak ada agama apapun yang mentolelir kekerasan, semua agama visinya adalah mmebangun kemanuaisaan.
Adapun berdasarakan analisanya, ada 3 faktor yang menyebabkan terjadinya radikalisme:
Pertama, kesalahpahaman atau pahaman yang dangkal terhadap agama.
Kedua, faktor politik.
“Agama semuanya mengajarkan kedamaian, kecuali jika agama sudah menjadi alat politik, maka minimal bakal ada ekstrimisme dan radikalisme,” ungkap mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul 'Ulama (PBNU) masa khidmat 2010-2022 itu.
Ketua FKPT Prov. Jawa Tengah, Prof. Dr. Syamsul Ma'arif, M.Ag menuturkan untuk menangani radikalisme di Indonesia bisa melalui lembaga pendidikan.
Sebab menurutnya, pendidikan ini memiliki dampak yang panjang.
“Sudah saatnya kita melakukan social engineering untuk mempertemukan connecting people intuk merekayasa engagement satu dan yang lainnya,” tuturnya.
“Sudah saatnya rangkul anak muda, kita pahamkan untuk mereka mencintai negara NKRI dan semaunya harus senantiasa memiliki daya tangkal yang kiat dengan cara berpikir nasional, dan mampu melakukan konta narasi dan kontra radikalisme,” sambungnya.