Viral Dugaan Pelecehan Seksual dan Manipulasi Data Rapid Test, Kimia Farma Akan Tempuh Jalur Hukum

- 19 September 2020, 16:20 WIB
Ilustrasi pelecehan seksual.
Ilustrasi pelecehan seksual. /PIXABAY/Alexas_Fotos

PR BANDUNGRAYA - Kasus pelecehan seksual kembali muncul di media jejaring sosial setelah salah satu pengguna akun Twitter @listongs membagikan ceritanya.

Lism menjadi topik yang banyak diperbincangkan oleh netizen setelah akun tersebut membagikan kisahnya melalui sebuah cuitan Twitter.

Pemilik akun tersebut mengaku telah menjadi korban pemerasan dan pelecehan seksual dari seorang dokter yang tengah bertugas melakukan pemeriksaan rapid test.

Baca Juga: Studi Terbaru, Lapisan Es yang Mencair Berdampak pada Kenaikan Air Laut hingga Setengah Meter

Dikutip Pikiranrakyat-bandungraya.com dari Twitter, ia menulis di thread berjudul 'Pemerasan dan pelecehan seksual oleh dokter rapid test di Bandara Soekarno-Hatta, Terminal 3'.

Lism mengatakan dia sebenarnya ragu-ragu karena dia takut ketika ingin membuat cuitan tersebut.

Namun karena belum ada proses lebih lanjut atas laporannya, Lism pun memutuskan untuk membagikan kejadian yang dialaminya kepada netizen.

Sebenarnya dari kemarin mau bikin thread ini maju-mundur, takut kenapa-kenapa. Tapi karena laporan aku belum ada yang diproses, jadi yaudah lapor ke netizen aja,” kata Lism.

Saat itu, Lism berencana pergi ke kota yang mengharuskan ia melakukan penerbangan pada hari Minggu, 13 September 2020. Namun karena situasi pandemi, ada protokol Covid-19 yang harus dipenuhi.

Baca Juga: Raup Uang Rp 3.8 Miliar, Pelaku Penyebaran Hoaks Catut Nama Tjahjo Kumolo untuk Menipu 55 Orang CPNS

Lism harus melakukan rapid test di Bandara Soekarno-Hatta karena tidak sempat melakukan tes sehari sebelumnya.

Saat itu, penerbangan dilakukan pada pukul 6.00 WIB, Lism sudah berada di bandara pada pukul 4.00 WIB untuk rapid test.

Rapid test Lism menunjukkan hasil yang reaktif sehingga ia berencana untuk membatalkan penerbangannya.

Namun di saat bersamaan, dokter yang memeriksa membujuknya untuk tetap terbang dan melakukan tes lagi dengan uang tunai Rp 150.000, menggantikan data pasien yang hasilnya negatif.

Lism sangat terkejut dan tidak ingin terbang karena dia takut menularkan pada banyak orang, tetapi dokter meyakinkan tidak akan terjadi apa-apa padanya.

Singkat cerita karena capek dan bingung, tanpa pikir panjang aku setuju aja sama tawaran si dokter itu, habis itu aku dites lagi, tunggu hasil yang menyatakan kalo aku non reaktif,” ujarnya.

Baca Juga: Hubungan Kian Memanas, AS Larang TikTok dan WeChat Mulai Akhir Pekan Ini

Lism pergi ke pintu keberangkatan setelah menerima surat keterangan non reaktif, tetapi dokter mengikuti dan memanggil untuk bercakap-cakap di tempat yang sepi.

Setelah itu, Lism mengatakan, sebenarnya dokter tersebut meminta pembayaran sebagai imbalan membantu memberikan surat non reaktif. Hingga akhirnya, Lism terpaksa mengirimkan uang senilai Rp 1.4 juta.

Tak berhenti sampai di situ, dokter tersebut juga dikabarkan melakukan pelecehan kepada Lism.

Lims terkejut dan merasa hancur hingga dia tidak dapat melakukan apapun. Kemudian Lims mengatakan memang tidak ada bukti atas kasus pelecehan tersebut, namun masih menyimpan isi chatting dengan dokter tersebut di WhatsApp.

Untuk memastikan kembali apakah dirinya terkena Covid-19, Lism memutuskan untuk melakukan rapid test lagi saat tiba di Nias.

"Oiya, waktu hari selasa kemarin, 2 hari setelah rapid di bandara, aku rapid lagi di Nias, hasilnya non reaktif semua baik Ig G maupun Ig M," tulis pemilik akun @listongs.

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah 200 Jenazah Pasien Covid-19 Dikubur Sekaligus dan Diangkut Menggunakan Truk?

Menanggapi kasus tersebut, PT Kimia Farma saat ini tengah menelusuri kasus dugaan pelecehan seksual dan pemerasan di Bandara Soekarno-Hatta melalui pernyataan resmi yang diterima tim Pikiranrakyat-bandungraya.com.

Adil Fadilah Bulqini selaku Direktur Utama PT Kimia Farma Diagnostika, pihaknya mengaku telah menghubungi korban atas kejadian yang dilakukan oleh oknum tersebut.

"PT Kimia Farma Diagnostika akan membawa peristiwa ini ke ranah hukum atas tindakan oknum tersebut yang diduga melakukan pemalsuan dokumen hasil uji rapid test, pemerasan, tindakan asusila dan intimidasi,” ujarnya.

Executive General Manager Bandara Soekarno-Hatta Agus Haryadi mengatakan PT Angkasa Pura II sangat menyesalkan adanya informasi mengenai kasus tersebut.

"PT Angkasa Pura II sangat berharap hal ini tidak berulang kembali. Bersama-sama, PT Angkasa Pura II dan stakeholder harus menjaga reputasi Bandara Soekarno-Hatta," ujar Agus.***

Editor: Bayu Nurullah

Sumber: Twitter


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x