“Seperti kafe berjalan, MEB dapat membuka lapak di keramaian, untuk menyasar pengunjung yang akan menikmati kopi dan mendapatkan informasi terkait kebencanaan,” ujarnya
lebih lanjut Ahsanul menjelaskan, MEB akan berfungsi seperti kafe berjalan, dan akan menyajikan kopi asli Lombok dan Sumbawa, lengkap dengan kue dan jajanan lokal.
Baca Juga: Tugas di TMMD Reguler Brebes Untuk Mengasah Ilmu Pertukangan
Selain minum kopi, pengunjung juga akan mendapatkan edukasi tentang potensi bencana yang bisa terjadi kapan saja.
Menurut Ahsanul, hal ini merupakan salah satu upaya, untuk mengurangi risiko bencana seperti yang pernah terjadi dua tahun lalu di NTB.
Berangkat dari kondisi tersebut, Ahsanul berharap semua pihak dapat berperan aktif dalam misi kemanusiaan.
Baca Juga: Buatan Manusia? Ilmuwan Laporkan Polusi Beracun di Rusia yang Bunuh 95 Persen Kehidupan Dasar Laut
”Peran semua pihak seperti para santri, pelajar, mahasiswa dan semua lapisan masyarakat sangat penting dikuatkan menjadi bagian dalam pengurangan risiko bencana,” ujarnya.
Ahsanul menambahkan, penguatan mental juga penting disiapkan, sebagai upaya pemulihan pasca bencana.
Jika dilihat dari topografi di daerah NTB, memiliki potensi terjadinya gempa dan tsunami.