Fahri Hamzah dan Fadli Zon Komentari Satu Tahun Jokowi - Ma'ruf Amin, Ini Pendapatnya

- 23 Oktober 2020, 14:12 WIB
Fahri Hamzah.
Fahri Hamzah. /Tangkapan layar YouTube.com/ Fadli Zon Official

PR BANDUNGRAYA – Dalam sebuah wawancara di kanal YouTube Fadli Zon pada 22 Oktober 2020, kedua peraih penghargaan Bintang Mahaputra Nararya berdiskusi mengenai satu tahun pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin.

Ada jawaban menarik yang keluar dari perkataan Fahri Hamzah ketika ditanya oleh Fadil Zon mengenai satu tahun pemerintahan Jokowi - Ma’ruf Amin.

“Bagaimana pendapat Fahri Hamzah tentang satu tahun Jokowi-Ma'ruf Amin,” tutur Fadli.

“Ini kalau pertanyaannya begitu, sebaiknya kita jawab serius atau enggak sih?,” jawab Fahri.

Baca Juga: Polisi Berhasil Amankan Terduga Pelaku Pembunuhan terhadap Yulia yang Merupakan Saudara Jokowi

Fahri bergumam sedikit tertawa dan sekaligus bingung untuk menjawab pertanyaan dari Fadli, apakah pertanyaan tersebut harus dijawab dengan serius atau tidak.

Namun, Fadli menegaskan bahwa dirinya ingin dijawab dengan pendapat yang serius.

Menjawab pertanyaan tersebut, Fahri menganalogikan sebuah perumpamaan dapat dikatakan lucu.

Ia mengatakan bahwa hal lucu itu dapat dikatakan ketika seseorang mengucapkan sesuatu yang salah atau tidak lazim, sesuatu yang tidak nyambung.

“Makannya saya tanya, ini mau kita tanggapi serius atau tidak serius,” kata Fahri.

Seketika Fadli Zon mempertegas apa yang hendak disampaikan oleh Fahri bahwa jika ditanggapi secara serius maka hal tersebut akan menjadi lucu.

“Maksudnya, kalo ditanggapi serius jadinya lucu gitu,” tutur Fadli.

Baca Juga: Debat Final Pilpres AS: Joe Biden Salahkan Donald Trump Soal Pasien Tewas Akibat Covid-19

Fahri menegaskan bahwa sebelumnya ia telah memprediksi saat Jokowi - Ma'ruf Amin berumur 100 hari kini terbukti saat ini.

“Jadi waktu itu kan saya mengatakan, Jokowi adalah Presiden periode terakhir, ia berbeda dengan Donald Trump. Sementara Jokowi menghadapi krisis ini tanpa beban karena tidak ada isu pemilu lagi,” ujar Fahri.

Fahri mengatakan prediksinya sembilan bulan yang lalu bahwa sebagian besar beban Jokowi sudah hilang maka semua orang akan memiliki itikad baik untuk menolong dan mensukseskannya.

Kemudian Fahri Hamzah menambahkan bahwa seharusnya pemerintah kali ini berjalan tanpa beban.

Menurut Fahri proses rekonsiliasi tidak dilanjutkan berdasarkan keinginan Jokowi sehingga lingkaran yang berada dalam tubuh Jokowi berpikir untuk dirinya sendiri.

Baca Juga: Berikut Titik Rawan Kemacetan Jelang Libur Panjang Akhir Oktober

“Semua pendukung Jokowi dan inner circle dia berpikir untuk dirinya sendiri, tidak berfikir untuk Jokowi, yang dia pikirkan untuk Jokowi adalah memanfaatkan Jokowi akhirnya,” kata Fahri.

“Kenapa sih polisi itu wajahnya konflik, kok ini semua berbau operasi intelijen. Hukum yang harus berbau post factum, kok tiba-tiba antisipatif. Orang yang demo di sini, yang ditangkap di sana,” katanya.

Fahri menduga bahwa periode kali ini bukanlah agenda Jokowi, melainkan orang lain di sekitar Jokowi.

Sementara itu Fahri menduga kembali bahwa lingkaran yang terjadi dalam pemerintahan Jokowi tidak diketahui oleh Presiden Jokowi sendiri.

Fahri Hamzah menjelaskan bahwa dalam proses pengalaman karir politik, Presiden Jokowi terbilang relatif dan sederhana.

Sementara itu ia menduga bahwa Jokowi tidak mengetahui orang-orang yang berada di lingkungannya memiliki keinginan seperti apa.

“Ini kan faktor pengalaman, misalnya, Jendral ini sebenarnya kepentingannya apa sih? Atau Ketua Umum partai ini kepentingannya apa sebenarnya, agenda ideologinya apa ini. Kan dia ga terbiasa membaca itu, itulah sebabnya yang terjadi,” kata Fahri.

Baca Juga: Waspada Virus Ini Bisa Menular Lewat Makanan, Simak 5 Fakta Norovirus yang Sudah Menyerang Manusia

Berdasarkan hal tersebut seharusnya pemerintah Jokowi kali ini berjalan tanpa beban, namun persoalan itu belum diselesaikan secara baik.

Menurut Fahri mengomentari satu tahun Jokowi - Ma'ruf Amin tidak mengetahui cara bagaimana keluar dari lingkaran rekonsiliasi.

“Ma’ruf Amin ketua majelis ulama yang memproduksi 212 dengan fatwanya sudah jadi Wapres, Prabowo, lawannya dua kali periode pertarungan sudah jadi Menteri Pertahanan, semua partai diajak. Terus apa ini, kok masih ada yang seperti ini,” ujar Fahri.

Menurut Fahri, apa yang disebut dengan narasi rekonsiliasi yang dipidatokan saat terpilih tidak ada yang mengatur mungkin juga tidak diatur.

“Pemerintahnya tidak memahami how to run rekonsiliasi, bagaimana cara kita membangun kembali suatu bangsa dari pemilihan kosakata, dari model berpikir dan bertindak pemerintahan, dari struktur yang dibentuk dalam tugas-tugas operasional pejabat,” katanya.***

Editor: Bayu Nurulah

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah