PR BANDUNGRAYA - Pada Sabtu 7 November 2020 menjadi catatan sejarah atas kembali berdirinya Partai Masyumi setelah dibubarkan pada masa pemerintahan Soekarno.
Pada era saat ini, Mantan Penasihat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abdullah Hehamahua dipilih sebagai Ketua Majelis Syuro Partai Masyumi.
Menanggapi kembalinya Masyumi sebagai partai pada tahun 2020, Pengamat Politik dan Pemerintahan Universitas Indonesia (UI), Dr. Ade Reza Hariyadi mengatakan bahwa jika hanya bermodal kemegahan secara sejarah, Partai Masyumi Reborn ia yakini tidak akan mampu berbuat banyak.
Baca Juga: Sambut Hari Pahlawan, Berikut 8 Rekomendasi Film yang Diangkat dari Kisah Pahlawan Nasional
"Kalau kita belajar dari pemilu 1999, dan 2004. Kalau modalnya hanya soal romantika masa lalu, saya kira tidak cukup untuk menjadi fondasi bagi eksistensi partai di masa depan. Karena tantangan zaman sudah sangat berkembang pesat," tuturnya.
Hal itu ia sampaikan menanggapi kembalinya Masyumi dalam konstalasi politik di Indonesia. Meskipun Masyumi dikabarkan akan menggaet banyak tokoh besar. Ia menganggap bahwa tokoh besar memiliki perode keemasannya masing-masing.
"Setiap tokoh itu kan ada masa sesuai dengan dinamika politik nya. Apakah itu sesuai dengan kebutuhan politik di zaman sekarang, tentu perlu pembuktian lebih jauh," tuturnya.
Baca Juga: Naskah Pidato Bung Tomo Pada 10 November 1945, Lengkap dengan Profil Singkat Peringati Hari Pahlawan
Ade menganggap bahwa kebutuhan tokoh-tokoh yang nanti berada pada tubuh Masyumi harus disesuaikan dengan semangat zaman, belum lagi perbedaan sosok yang di idamkan oleh anak muda saat ini.
"Generasi sekarang saya pikir justru lebih haus dengan figur-figur yang kreatif inovatif, sehingga Jangan heran Sandiaga Uno, Anies, AHY, dan Ridwan Kamil sangat populer," tuturnya.