Penting Diketahui, Berikut 4 Informasi Covid-19 yang Salah Menurut Para Ahli

- 5 Oktober 2020, 10:28 WIB
Ilustrasi penyebaran informasi hoaks.
Ilustrasi penyebaran informasi hoaks. /PEXELS/Matilda Wormwood

PR BANDUNGRAYA - Pandemi Covid-19 yang tak kunjung berakhir jelas membuat sejumlah besar orang merasa frustasi.

Hal ini kemudian menjadi faktor utama merebaknya informasi yang salah atau hoaks terkait Covid-19, terutama di internet dan media sosial.

Hingga kini informasi hoaks terkait pandemi Covid-19 menjadi musuh utama di tengah masyarakat.

Secara tidak langsung, penyebaran informasi hoaks tersebut bisa mempengaruhi pandangan atau persepsi masyarakat, hingga membuat keresahan.

Baca Juga: Mampu Taklukan Lakers di Gim Ketiga, Miami Heat Bisa Perpanjang di Final NBA 2020

Dilansir prbandungraya.pikiran-rakyat.com dari Healthline, berikut empat informasi Covid-19 yang salah menurut para ahli.

1. Covid-19 hanya flu biasa

Meski flu dan Covid-19 sama-sama mengganggu sistem pernapasan. Namun, keduanya ternyata sangat berbeda.

Dr. Bruce E. Hirsch, dokter dan asisten profesor di Infectious Disease Division of Northwell Health, mengatakan adanya informasi yang tumpang tindih antara Covid-19 dan penyakit lainnya yang disebabkan infeksi virus.

"Perbedaan antara virus corona, influenza, serta virus umum lainnya, adalah virus itu sendiri. Virus corona sama-sama menyerang reseptor pada sistem pernapasan," tuturnya.

Hirsch menjelaskan bahwa hal itu yang menyebabkan Covid-19 memiliki gejala yang sama seperti flu pada umumnya.

Akan tetapi, infeksi virus corona lebih berbahaya dari virus-virus umum lainnya karena memiliki tingkat kematian yang tinggi.

Sebagai perbandingan kematian akibat flu cenderung berada di bawah 0.1 persen, sedangkan tingkat kematian akibat Covid-19 di Indonesia saat ini mencapai 4.7 persen.

Baca Juga: Peringati HUT Ke-75, TNI Diminta Tingkatkan Kemampuan Hadapi Ancaman Hibrida

2. Covid-19 hanya menginfeksi lansia

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa sekitar 14 persen dari pasien yang terinfeksi Covid-19 akan mengalami komplikasi, dengan 5 persen di antaranya memerlukan perawatan yang intensif.

Meskipun lansia memiliki sistem kekebalan tubuh rendah, sehingga berisiko lebih besar untuk mengalami komplikasi, orang muda tidak sepenuhnya aman.

Berdasarkan data dari Centers for Disease Control (CDC), menunjukkan bahwa dari 2.500 orang yang dinyatakan positif Covid-19, 29 persen di antaranya berusia 20 tahun hingga 44 tahun.

"Seseorang yang masih muda cenderung tidak menderita penyakit kronis, tetapi bukan berarti mereka tidak rentan terhadap Covid-19," ujar Hirsch.

Baca Juga: Viral di TikTok hingga Twitter, Pernyataan Orang Tua Mahasiswa Soal Mahalnya Biaya Wisuda Online

3. Sebelum ada vaksin, tidak ada yang bisa dilakukan

Hirsch mengatakan bahwa vaksin yang efektif secara realistis bisa ditemukan dalam 12 hingga 18 bulan lagi.

Meski sudah ditemukan, vaksin masih memerlukan proses uji klinis yang panjang untuk membuktikan efektivitasnya.

"Ini sesuatu yang harus diperjuangkan, tapi saya rasa tidak ada kepastian yang akan mengakhiri epidemi ini," katanya.

Dia menambahkan bahwa publik seharusnya tidak hanya fokus pada vaksin, melainkan melakukan pencegahan Covid-19 dengan mematuhi protokol kesehatan.

4. Virus Corona sengaja diciptakan

Meski virus corona penyebab Covid-19 masih tergolong baru, sebenarnya virus corona lain sudah menyerang manusia dalam beberapa tahun terakhir, termasuk SARS, dan MERS.

Baca Juga: Razia Perut Lapar, Gerakan Sosial Dokter Tirta di Tengah Pandemi hingga Anji Lelang Koleksi Gitarnya

Hirsch memberikan tanggapannya terkait kabar mengenai virus corona yang dipercayai oleh sebagian orang sebagai senjata biologis.

"Saya rasa itu hanya pemahaman tidak berdasar yang sengaja dibuat sebagai bentuk mekanisme pertahanan psikologis," ujarnya.***

Editor: Bayu Nurullah

Sumber: healthline


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah