Kegiatan belajar mengajar secara tatap muka di tengah pandemi dinilai dapat menjadi klaster baru transmisi virus corona.
"Kalau anak-anak sekolah menengah atas tentu bisa menerapkan protokol kesehatan seperti physical distancing, cuci tangan dengan sabun, dan memakai masker, tetapi kalau (tingkat) SD menurut saya jangan dulu," tutur Putra.
Menurutnya, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di tengah pandemi sebenarnya memiliki dampak yang baik, lantaran mendorong generasi muda untuk lebih adaptif terhadap perubahan dan penggunaan teknologi.
Oleh karena itu, apabila sistem pendidikan tidak adaptif, maka kemampuan pelajar untuk beradaptasi di masa modern seperti saat ini akan menjadi lambat.
"Ketika PJJ, ketika harus belajar secara daring, ketika harus latihan sepak bola atau latihan basket dengan menggunakan aplikasi, mereka (pelajar) itu bisa," ujarnya.
Baca Juga: Berikut 5 Aturan Baru Pengelolaan Perkantoran di Masa PSBB Transisi Jakarta
Sistem pembelajaran yang sudah diterapkan selama tujuh bulan terakhir ini diharapkan dapat diberlakukan secara hybrid, mengombinasikan kehadiran fisik dan kehadiran secara virtual.
Dengan begitu, sistem pembelajaran seperti PJJ diproyeksikan akan terus berkembang hingga tahun 2022.
"Makanya untuk bisa membuka kembali sekolah, pemerintah harus pastikan apakah wabah sudah bisa dikendalikan dengan baik. Kemudian kemampuan sistem kesehatan untuk menangani wabah itu kan seharusnya yang dijadikan pertimbangan membuka sekolah," katanya.***