PR BANDUNGRAYA - Praktik ilegal filler payudara dan bokong oleh oknum tak bertanggung jawab, berhasil dibongkar polisi.
Para tersangka kasus praktik filler payudara dan bokong yang berinsial SR dan ML, sudah diamankan polisi.
Diketahui, keduanya tidak memiliki sertifikasi atau spesialis khusus melakukan tindakan medis filler payudara dan bokong.
Berdasarkan keterangan dari polisi, kedua tersangka kasus praktik filler payudara dan bokong menggunakan silikon industri.
Baca Juga: Tewas di Episode Terakhir Penthouse 2, Bagaimana Nasib Logan Lee?
Baca Juga: PERHATIKAN! BLT UMKM Rp1,2 Juta Hanya Bisa Cair kepada Pelaku UMKM yang Memenuhi Kriteria Ini
Para tersangka membeli silikon industri tersebut secara online.
Terkait praktik ilegal filler payudara tersebut, polisi baru menerima laporan dari dua korban.
Kedua korban mengalami infeksi usai melakukan tindakan filler tersebut.
"Pengakuan yang bersangkutan sudah melakukan tindakan filler payudara ini selama kurang lebih 15 kali (15 korban). Namun, baru dua orang dengan inisial CT dan WT yang melapor pada kepolisian karena mengalami infeksi usai melakukan tindakan filler tersebut," ujar Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes Pol Ady Wibowo.
Baca Juga: Sehun EXO dan Song Hye Kyo Beradu Akting di Drama Ini, Berperan sebagai Desainer
Karena adanya infeksi tersebut, akhirnya korban dilarikan ke rumah sakit dan menjalani operasi berupa pengangkatan sel saraf di dalamnya yang terinfeksi," lanjut Ady.
Kemudian bicara soal bahaya tindakan filler payudara menggunakan silikon industri atau bahan kimia yang tidak terdaftar dalam Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), ternyata akan memberikan dampak serius bagi kesehatan.
Hal tersebut diungkapkan oleh anggota IDI Jakarta Barat, dr Dolar.
Dikutip PRBandungRaya.com dari PMJ News, menurut dr Dolar, silokon industri dapat memberikan dampak besar bagi tubuh, seperti infeksi hingga kematian.
"Resikonya jika cairan tersebut masuk ke tubuh, maka bisa terjadi infeksi, abses atau bernanah, dan bisa sampai kematian," katanya.
Hingga kini polisi masih melakukan penyelidikan atas kasus praktik ilegal filler payudara dan membuka layanan pengaduan untuk para korban.***