Kenali Istilah Doomscrolling, Kebiasaan Membaca Berita Negatif yang Memicu Depresi

13 September 2020, 13:14 WIB
Ilustrasi media sosial. /PIXABAY/Pixelkult

PR BANDUNGRAYA – Seorang bernama Kateie, terapis bicara berusia 26 tahun yang tinggal di Colombus, Ohio, mengatakan bahwa ia mengidap ­doomscrolling. 

Ia memeriksa media sosial terutama Twitter, Facebook, dan Google (untuk berita) sekitar 10 kali dalam sehari.

Ini merupakan kebiasaannya yang semakin meningkat secara signifikan sejak adanya pandemi Covid-19.

Baca Juga: Tekan Angka Perceraian, Pemprov Jabar Dorong Program Usia Pernikahan 21-25 Tahun

Doomscrolling merupakan tindakan menggulir aplikasi berita dan media sosial tanpa henti untuk membaca berita buruk.

Hal tersebut dijelaskan oleh Ariane Ling, psikolog dan asisten profesor klinis di departemen psikiarti di NYU Langone Health di New York.

“Pandemi telah memperburuk kebiasan ini dalam banyak hal, termasuk berita-berita buruk yang terus ada setiap harinya. Selain itu, informasi dapat diakses oleh semua orang dengan banyak sumber berita yang menawarkan liputan Covid-19 secara gratis,” kata Ling sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-bandungraya.com dari Healthline.

Fenomena doomscrolling kini mulai terdengar secara umum. Analisis data menunjukkan, jumlah penggunaan harian Twitter melonjak 24 persen sejak di mulai pandemi, sementara Facebook mengalami kenaikan 27 persen.

Baca Juga: Viral Seorang Influencer Diusir dari Restoran Saat Hendak Melakukan Live Streaming

Menurut Dokter Particia Celan, seorang psikiater Universitas Dalhousie di Kanada, menjelaskan bahwa doomscrolling telah memburuk selama pandemi karena orang sangat waspada terhadap bahaya dan lebih cenderung mencari informasi dengan harapan menemukan cara untuk mengendalikan masalah.

Dari sisi fisik dan psikologis, memusatkan perhatian pada berita dan media sosial selama pandemi kemungkinan hanya meningkatkan risiko efek kesehatan mental yang negatif.

Banyak orang yang berpikir bahwa mereka akan merasa lebih aman dengan terus mengikuti berita baru.

Namun, mereka tidak menyadari bahwa konsumsi berita negatif hanya menyebabkan ketakutan, kecemasan, dan stres yang lebih besar.

Baca Juga: Kecanduan Main Medsos, Ini 3 Langkah Obati Sindrom FOMO dan Doom-Scrolling

“Bagi sebagian orang, droomscrolling merupakan ‘kecanduan yang tidak memuaskan’ yang menjanjikan keselamatan, keamanan, atau kepastian. Padahal pada kenyataannya, berita melodramatis yang selalu update malah memberikan hal sebaliknya,” ujar Dokter Carla Marie Manly, seorang psikolog klinis sekaligus penulis.

Jadi, apa yang dapat kita lakukan untuk menghindari doomscrolling? Mulailah dengan mengurangi dan membuat batasan dalam penggunaan media sosial.

Particia menyarankan, jika Anda merasa gelisah, cemas, dan stres, Anda harus tahu bahwa tubuh Anda mulai menandakan untuk menghentikan kegiatan yang dilakukan.

Seolah-olah saat makan makanan buruk, tubuh dan pikiran Anda berkata "Tidak. Letakkan sendoknya dan singkirkan makanannya’, Anda juga bisa melakukan hal yang sama dengan doomscrolling.***

Editor: Bayu Nurullah

Sumber: healthline

Tags

Terkini

Terpopuler