Khawatir Sumber Daya Laut Menurun, Pemerintah Jepang Buat RUU Soal Kuota Penagkapan 15 Jenis Ikan

- 20 Oktober 2020, 19:48 WIB
Ilustrasi nelayan: Badan Perikanan Jepang membuat rancangan peraturan penetapan kuota penangkapan ikan untuk 15 jenis spesies.
Ilustrasi nelayan: Badan Perikanan Jepang membuat rancangan peraturan penetapan kuota penangkapan ikan untuk 15 jenis spesies. /PIXABAY/Quangpraha

PR BANDUNGRAYA - Dalam rangka melindungi turunnya sumber daya laut di Jepang, Badan Perikanan telah membuat rancangan peraturan bagi nelayan domestik.

Saat ini, sumber daya laut menurun karena perubahan lingkungan dan penangkapan ikan yang berlebihan. Maka dari itu, rancangan aturan saat ini terkait dengan penetapan kuota volume tangkapan untuk 15 jenis ikan, termasuk amberjack dan ikan laut populer.

Dilansir Prbandungraya.pikiran-rakyat.com dari The Japan News, seiring dengan dibuatnya rancangan aturan tersebut, industri perikanan diperkirakan akan menanggapi dengan reaksi negatif karena khawatiran pendapatan mereka akan berkurang.

Baca Juga: Fakta Pemeran Jungkook di BTS Youth, Jeon Jin Seo Pernah Menuai Kontroversi, Ini Penyebabnya

Badan Perikanan pertama kali berencana memperkenalkan peraturan kuota penangkapan ikan antara tahun fiskal 2021 dan 2023.

Pembatasan mencakup 11 spesies ikan, termasuk amberjack Jepang, ikan laut merah, dan ikan tenggiri Atka. Empat spesies lainnya, termasuk amberstripe scad dan red snow crab akan ditambahkan pada tahun fiskal 2023.

Batas tangkapan sudah diterapkan untuk delapan spesies, termasuk saury Pasifik dan tuna sirip biru, yang menyumbang sekitar 60 persen dari total volume tangkapan di perairan sekitar Jepang.

Baca Juga: BLT UMKM Rp2.4 Juta Cair, Berikut Syarat dan Prosedur Cek Status Penerima

Jika Badan Perikanan menambahkan pembatasan pada 15 spesies ikan lagi, hal itu akan meningkatkan angka menjadi sekitar 80 persen.

Berdasarkan pendapat nelayan dan pihak lain di industri tersebut, kelompok studi termasuk para ahli akan membuat keputusan resmi dan memberikan rinciannya.

Volume tangkapan di Jepang (termasuk ikan budidaya), yang mencapai puncaknya pada tahun 1984 yakni 12,82 juta ton merosot ke rekor terendah 4,16 juta ton pada tahun 2019.

Baca Juga: Ketahui Cara Melihat Ekspresi Seseorang Ketika Menggunakan Masker

Dalam beberapa tahun terakhir, tangkapan ikan cumi-cumi Pasifik dan cumi-cumi terbang Jepang menjadi tangkapan terendah.

Dalam upaya menghidupkan kembali industri perikanan, Pemerintah telah menetapkan tujuan untuk meningkatkan volume tangkapan, tidak termasuk stok budidaya, dari 3,31 juta ton pada 2018 menjadi 4,44 juta ton pada 2030. Untuk mencapai hal tersebut, pemulihan sumber daya laut menjadi penting.

Revisi UU Perikanan, yang akan mulai berlaku pada Desember, meminta pemerintah memperkuat perannya dalam pengelolaan sumber daya laut.

Baca Juga: Ketahui Cara Melihat Ekspresi Seseorang Ketika Menggunakan Masker

Namun, penetapan batas volume tangkapan ikan membuat nelayan khawatiran akan kekurangan pendapatan. Kelompok ini rentan tidak setuju dengan rancangan aturan baru dari Badan Perikanan.

Nelayan di Hokkaido, tempat penangkapan ikan tenggiri Atka berkembang pesat, sejak 2012 secara sukarela mengurangi volume tangkapan dan mempersingkat periode penangkapan.

Hasilnya, hasil tangkapan menunjukkan tanda-tanda pemulihan, setelah turun dari 230.000 ton pada 1998 menjadi 17.000 ton pada 2015, volume penangkapan meningkat menjadi 34.000 ton pada 2018.

Baca Juga: Cegah Interupsi di Debat Capres AS Putaran Akhir, Mikrofon Donald Trump-Joe Biden Akan Dimatikan

Koperasi Perikanan Funadomari di Rebun, Hokkaido, mengambil langkah-langkah seperti pelebaran jala untuk menghindari penangkapan ikan yang belum dewasa, dan memperpendek waktu penangkapan ikan hingga tiga bulan untuk menghindari tumpang tindih musim bertelur dan menetas.

“Terakhir, sumber daya laut mulai membaik,” kata seorang anggota senior koperasi.

“Jika aturan ketat diberlakukan, para nelayan akan pergi sebelum sumber daya sempat pulih,” tutur dia.

Baca Juga: Dorong Pemulihan Ekonomi, KKP Gelar Pelatihan Produksi Olahan Udang di Kalimantan Tengah

Toshio Katsukawa, seorang profesor di Tokyo University of Marine Science and Technology dan pakar manajemen sumber daya mengatakan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

“Ini langkah yang patut dipuji sebagai langkah awal dalam pengelolaan sumber daya, tapi masih ada masalah, seperti bagaimana menetapkan kuota tangkapan,” katanya.

“Pemerintah dan nelayan perlu bekerja sama untuk menciptakan sistem,” tutur dia.***

Editor: Fitri Nursaniyah

Sumber: The Japan News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah