Bukan di Sekolah, Guru di Kota Bandung Mulai Gelar Kegiatan Belajar Tatap Muka di Rumah Siswa

- 13 Agustus 2020, 17:32 WIB
Guru di Kota Bandung datangi rumah siswa yang tidak bisa mengakses pembelajaran daring.
Guru di Kota Bandung datangi rumah siswa yang tidak bisa mengakses pembelajaran daring. /ANTARA

PR BANDUNGRAYA - Pembelajaran jarak jauh (PJJ) melalui media komunikasi elektronik menjadi solusi Pemerintah untuk tetap menggelar kegiatan pendidikan sebagaimana mestinya.

Hal ini akan berjalan lancar hanya jika seluruh peserta didik memiliki fasilitas yang dibutuhkan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran seperti ponsel pintar dan kuota internet.

Sayangnya, Indonesia harus menerima kenyataan bahwa tidak semua peserta didik memiliki fasilitas sebagaimana disebutkan di atas, sehingga mau tidak mau, tenaga didik harus memutar otak untuk menggelar kegiatan belajar mengajar dengan cara lain.

Baca Juga: Dari Senam TikTok hingga Membuat Masker, Simak 5 Inspirasi Lomba 17 Agustus di Tengah Pandemi

Sejumlah guru Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 56 Bandung memilih mengaktifkan pembelajaran secara tatap muka dengan cara berkunjung ke rumah siswa yang terkendala pembelajaran secara daring.

Kepala SMPN 59 Bandung Asep Ramdani meminta para guru turun ke lapangan, mengingat tidak semua keluarga mampu menjangkau teknologi yang memadai. Apalagi di masa pandemi ini pembelajaran dilakukan secara daring yang membutuhkan akses internet.

"Saya berpikir bahwa semua siswa itu harus dilayani. Saya itu sebagai guru sekaligus pemimpin sekolah ini harus melayani, memberikan pelayanan dalam hal pembelajaran," kata Asep di Bandung, Kamis 13 Agustus 2020 sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-bandungraya.com dari Antara.

Baca Juga: BTS Segera Comeback dengan Album Baru dan Gelar Konser 'Map of the Soul ON: E' Oktober Mendatang

Bergiliran, para guru mendatangi siswa yang tidak memiliki fasilitas gawai untuk belajar. Mereka diberikan modul pembelajaran secara individu oleh masing-masing guru.

Siswa dibagi ke dalam tiga kelompok. Kelompok A adalah mereka yang memiliki perangkat lengkap, yakni gawai, aplikasi, dan jaringan memadai. Pada kelompok ini, para guru memberlakukan pembelajaran secara daring sepenuhnya.

Kelompok B adalah siswa yang memiliki gawai, namun dengan aplikasi terbatas, biasanya hanya aplikasi WhatsApp. Kepada mereka, guru memberikan materi dan pengajaran melalui WhatsApp.

Baca Juga: Gagal Fokus Ada Sepatu Bayi di Tengah Koleksi Mainan BTS, ARMY: Bayangin Dia Punya Anak

Sementara kelompok C adalah mereka yang sama sekali tidak memiliki perangkat sehingga menghadapi kendala dalam mengakses materi pembelajaran. Dari 140 siswa di kelas VII, ada 14 siswa yang melaksanakan pembelajaran secara luring.

"Kelas IX kami cek mereka semua memiliki gawai. Kelas VIII ada dua orang, dan kelas VII 14 orang," katanya.

Selain memberikan modul pelajaran, para guru juga memberi alat tulis sebagai penunjang proses pembelajaran.

Baca Juga: Dandan ala Mahasiswa Usai Sidang, Begini Cara V BTS Rayakan Penghargaan dari Weverse

Di sisi lain, kunjungan para guru juga dilakukan untuk mengetahui kondisi tiap-tiap siswa, mulai dari kondisi lingkungan, latar belakang keluarga, hingga motivasinya untuk belajar.

"Ternyata siswa dan orang tua itu merasa bahagia ketika kami datangi, apalagi yang turun itu kepala sekolah. Kepala sekolah itu kan beda dengan guru, jadi perhatiannya berbeda, jadi saya bisa ngobrol dengan siswa, dengan orang tua. Itu yang saya sangat puas," kata dia.***

Editor: Fitri Nursaniyah

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah