PR BANDUNGRAYA – Pemanasan global atau global warming merupakan peristiwa meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, lautan, dan daratan bumi secara keseluruhan. Penyebabnya beragam, salah satunya adalah penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan.
Mungkin terdengan sepele, suhu bumi rata-rata meningkat, tidak terasa akibatnya. Tapi coba bayangkan, kita sebagai manusia, tubuh kita saja jika naik suhunya satu atau dua dejarat saja, sudah dikatakan panas, demam dan perlu pertolongan medis.
Bahkan dimasa pandemi Covid-19 seperti sekarang, suhu tubuh manusia menjadi tolak ukur penting, naik satu derajat saja bisa-bisa tidak dapat izin untuk memasuki suatu area.
Baca Juga: Getol Berkarya di Tengah Pandemi, Yana Mulyana Apresiasi Seniman Kota Bandung
Apa lagi dengan bumi, suhu rata-rata bumi secara keseluruhan meningkat satu atau dua persen saja, seluruh bumi akan merasakan dampaknya di lautan, atmosfer, dan daratan.
Dampak tersebut dalam kurun waktu 10 tahun terakhir sudah mulai dirasakan seperti, curah hujan yang meningkat dari biasanya, suhu udara yang kadang terlalu dingin dan kadang terlalu panas, hingga bermunculannya penyakit- penyakit baru.
Lebih jauh dari itu, pemanasan global mengakibatkan es-es di kutub mencari, akibatnya permukan air laut naik, dan bersiaplah daratan-daratan akan terendam, bahkan tenggelam beberapa tahun mendatang.
Baca Juga: Jelang Laga Hadapi Atalanta di Liga Champions, Real Madrid Lagi-lagi Kehilangan Eden Hazard
Menurut Michalea King, pemimpin studi dari Ohio State University, mengatakan bahwa Greenland kehilangan sekitar 280 miliar meter ton es setiap tahun, dilansir tim PRBandungRaya.com dari unggahan Instagram @lindungihutan.
Dijelaskan lebih lanjut, es yang mencari tersebut merupakan penyumbang terbesar kenaikan permukaan laut global. Hal ini mengakibatkan beberapa wilayah kepulauan akan tenggelam, seperti Indonesia.
Dalam unggahan tersebut diprediksikan di tahun 2050 akan ada enam wilayah di Indonesia yang akan tenggelam di antaranya.
Baca Juga: Atasi Masalah Banjir, Pemkot Bandung dengan BBSW Citarum Segera Normalisasi Sungai Citepus
Jakarta
Yap, kota yang saat ini masih menjadi ibu kota negara Indonesia pada 2050 diprediksi akan tenggelam.
Kota di pesisir teluk Jakarta ini memang menjadi sasaran empuk naiknya muka air laut, ditambah lagi pembangunan-pembangunan yang terus dilakukan membuat Jakarta amblas sekitar 17 cm setiap tahun.
Baca Juga: Isu Kudeta Partai Demokrat Semakin Mencuat, Ketum IMDI: Tidak Ada yang Bisa Menganggu AHY
Semarang
Kota ini berada dibagian pesisir utara Pulau Jawa. Badan Geologi Kementerian ESDM menyebutkan naiknya muka air laut mengakibatkan rob, atau daratan berada di bawah permukaan laut, selain itu kondisi turunnya muka tanah sekitar 10 cm per tahun memperparah keadaan.
Permukaan air di laut Jawa juga menjadi ancaman untuk kota semarang dan sekitarnya.
Baca Juga: Diduga Keracunan, Ibu dan Anak Meninggal Dunia Usai Konsumsi Oncom Pemberian Tetangganya
Surabaya
Sama halnya dengan Kota Semarang, hubungan berbanding terbalik berlaku. Muka air laut selalu naik, dan muka tanah di Surabaya selalu turun hingga 14 mm per tahun.
Banda Aceh
Menurut hasil riset TDMRC Unsyiah memprediksi bahwa tiga persen dari wilayah Banda Aceh akan tenggelam secara permanen, disebabkan kenaikan muka air laut.
Baca Juga: Ceroboh, Ajax Lupa Daftarkan Penyerang Barunya di Liga Eropa Jelang Laga Melawan Lille
Kepulauan Meranti
Salah satu kabupaten di Provinsi Riau ini memiliki tiga pulau yang terancam tenggelam yaitu, Pulang Rangsang, Pulang Padang, dan Pulau Tebing Tinggi. Hal itu disebabkan muka air laut yang terus naik.
Bali
Pulau paling terkenal ini memiliki potensi tenggelam, karena pulai ini dikelilingi oleh lautan. Pada tahun 2050 diprediksi Bali akan tenggelam seluas 489 kilometer persegi.***