“Vaksin Covid-19 di Indonesia seharusnya disesuaikan dengan karakter virus yang ada di Indonesia,” ujarnya.
Baca Juga: Tarif Iuran BPJS Naik Mulai 1 Januari 2021? Ini Rinciannya
Sementara itu, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menyatakan bahwa belum ada bukti ilmiah bahwa virus corona yang bernama D614 menyebabkan risiko yang lebih membahayakan.
“Mutasi D614G belum terlalu penting dibanding faktor risiko lain, seperti usia, tapi hal ini masih harus diteliti dengan bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan,” kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dikutip dari Antara.
D614G terletak di dalam protein yang menyusun spike virus yang digunakannya untuk masuk ke dalam sel manusia.
Baca Juga: KABAR POPULER HARI INI: DPR Desak Malaysia Usut Pelecehan Lagu Indonesia Raya hingga Keputusan Menlu
Mutasi ini mengubah asam amino pada posisi 614, dari D (asam aspartat) menjadi G (glisin), sehingga dinamakan D-614-G.
Wiku menambahkan perlu adanya penelitian terus-menerus terhadap mutasi virus yang ada dengan dukungan lembaga penelitian, rumah sakit, dan universitas.
“Yaitu terkait penularannya, apakah membuat infeksi lebih parah, sampai saat ini perkembangan di dunia dengan memeriksa data klinis dari literatur, salah satunya dari Inggris,” kata Wiku.
Baca Juga: Positif Covid-19, Wakil Presiden Brasil Hamilton Mourao Konsumsi Obat Malaria?