Ada Mutasi Virus Corona di Indonesia, Satgas Covid-19: Harus Diteliti

- 29 Desember 2020, 10:30 WIB
Ilustrasi virus corona.
Ilustrasi virus corona. /PIXABAY/Gerd Altmann

PR BANDUNGRAYA - Baru-baru ini sejumlah negara melaporkan kasus adanya mutasi virus corona. Virus hasil mutasi ini diduga lebih berbahaya dari virus sebelumnya.

Dr. Mia Miranti, M.P., ahli mikrobiologi Universitas Padjadjaran menyatakan bahwa virus corona termasuk ke dalam virus RNA. RNA merupakan salah satu jenis asam nukleat yang menjadi salah satu ciri makhluk hidup.

“Replikasi virus ini tidak ada yang tidak menyebabkan penyakit pada inangnya karena dia akan mengambil alih sistem kerja sel inang untuk proses reproduksi dia,” ujar Mia dikutip situs resmi Universitas Padjadjaran saat diwawancarai di Kantor Komunikasi Publik Unpad.

Baca Juga: Red Velvet Akan Comeback di Konser Gratis SM Entertainment? Kontroversi Irene Kembali Jadi Perdebata

Virus corona di Indonesia sendiri sudah mengalami mutasi berdasarkan laporan dari Eijkman Institute beberapa waktu lalu.

Strain virus corona yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di Wuhan, Tiongkok.

“Hanya saja proses mutasinya tidak seperti yang sekarang sedang heboh di Inggris,” tutur dia.

Baca Juga: Heboh Ribuan Bule Padati Bandara Soekarno-Hatta Jadi Kekhawatiran Nakes, Ada Apa?

Mia menambahkan proses mutasi yang terjadi di Inggris bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Karena mutasi virus dipengaruhi oleh faktor inangnya, Mia berpendapat bahwa pengembangan vaksin disesuaikan dengan hasil mutasi virusnya.

“Vaksin Covid-19 di Indonesia seharusnya disesuaikan dengan karakter virus yang ada di Indonesia,” ujarnya.

Baca Juga: Tarif Iuran BPJS Naik Mulai 1 Januari 2021? Ini Rinciannya

Sementara itu, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menyatakan bahwa belum ada bukti ilmiah bahwa virus corona yang bernama D614 menyebabkan risiko yang lebih membahayakan.

“Mutasi D614G belum terlalu penting dibanding faktor risiko lain, seperti usia, tapi hal ini masih harus diteliti dengan bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan,” kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dikutip dari Antara.

D614G terletak di dalam protein yang menyusun spike virus yang digunakannya untuk masuk ke dalam sel manusia.

Baca Juga: KABAR POPULER HARI INI: DPR Desak Malaysia Usut Pelecehan Lagu Indonesia Raya hingga Keputusan Menlu

Mutasi ini mengubah asam amino pada posisi 614, dari D (asam aspartat) menjadi G (glisin), sehingga dinamakan D-614-G.

Wiku menambahkan perlu adanya penelitian terus-menerus terhadap mutasi virus yang ada dengan dukungan lembaga penelitian, rumah sakit, dan universitas.

“Yaitu terkait penularannya, apakah membuat infeksi lebih parah, sampai saat ini perkembangan di dunia dengan memeriksa data klinis dari literatur, salah satunya dari Inggris,” kata Wiku.

Baca Juga: Positif Covid-19, Wakil Presiden Brasil Hamilton Mourao Konsumsi Obat Malaria?

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Scripps Research Institute, Amerika Serikat (AS), mutasi ini 10 kali lebih menular dibandingkan dengan virus corona sebelumnya.

Hal ini ditunjukkan dengan penyebarannya yang lebih tinggi dibanding virus aslinya, bahkan mungkin sejak awal pandemi seperti di inggris Raya dan pantai timur AS.***

Editor: Fitri Nursaniyah

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah