Masuk Daftar 10 Kota Paling Toleran, Begini Respons Para Kepala Daerah

- 25 Februari 2021, 21:09 WIB
Walikota Kota Kupang Jefri Riwu Kore saat memberikan testimo di acara IKT 2020 Setara Institute, Jakarta, Kamis 25 Februari 2021.
Walikota Kota Kupang Jefri Riwu Kore saat memberikan testimo di acara IKT 2020 Setara Institute, Jakarta, Kamis 25 Februari 2021. /Tangkapan layar Fitri Rachmawati

 

PR BANDUNGRAYA - Setara Institute memberikan penghargaan bagi kota dengan indeks toleransi tertinggi di Indeks Kota Tolerasni (IKT) 2020.

Dari 94 kota di seluruh Indonesia, hanya 10 kota yang masuk dalam deretan kota paling toleran. Kota tersebut di antaranya:

1. Kota Salatiga
2. Kota Singkawang
3. Kota Manado
4. Kota Tomohon
5. Kota Kupang

6. Kota Surabaya
7. Kota Ambon
8. Kota Kediri
9. Kota Sukabumi
10. Kota Bekasi

Baca Juga: Temuan Baru! Ternyata Virus Corona Dapat Bertahan di Pakaian Selama Tiga Hari 

Menanggapi penghargaan Indeks Kota Tolerasni (IKT) 2020 dari Setara Institute. Wakil Walikota Salatiga Muhammad Haris mengaku sangat bersyukur atas penghargaan IKT 2020.

Kota Salatiga yang sebelumnya (IKT 2018) hanya menempati posisi peringkat ke-2, di IKT 2020 mampu menempati urutan ke-1 dengan skor toleransi tertinggi yakni, 6,717.

“Saya sangat bersyukur atas apresiasi penghargaan, penilaian yang diberikan oleh Setara Institute kepada kami, kepada Kota Salatiga pada tahun ini yang mendapatkan peringkat ke-1. Setelah di 2015 dapat peringkat ke-3 kalau tidak salah,” tutur dia dalam sambutan Launching dan Penghargaan Indeks Kota Toleran Award 2020 di Jakarta, yang juga disiarkan secara daring pada Kamis, 25 Februari 2021.

Baca Juga: Menilik 'Keanehan' Pelaporan Atas Dasar UU ITE, Pakar Hukum: Polisi Harus Memilah, Presiden Keluarkan Perpu

Selama ini, lanjut Haris mengatakan, Kota Salatiga selalu menempati posisi tiga besar. Pada IKT 2018 Kota Salatiga menempati posisi ke-2, dan alhamdulilah di IKT 2020 Salatiga naik menempati posisi ke-1. Prestasi ini merupakan hasil kerja keras Pemerintah Daerah Kota Salatiga bersama masyarakatnya dalam menjaga toleransi.

“Salatiga kota kecil, dari dulu Kota Salatiga memang beragam agamanya, suku bangsa dan etnis-nya. Ini yang selalu kita jaga bersama-sama. Kota Salatiga terdapat kampus yang cukup ternama, dan banyak warga Indonesia bagian Timur yang sekolah di Universitas Kristen Satya Wacana. Kampus ini menjadi salah satu kampus kebanggakan masyarakat Salatiga, dan Jawa Tengah,” kata dia.

Ditempat yang sama, Walikota Singkawang Tjhai Chui Mie menuturkan, penghargaan IKT 2020 dari Setara Institute ini merupakan motivasi bagi semua daerah dalam menjaga toleransi dan keberagaman. Toleransi pun sebagai salah satu bentuk pengamalan Pancasila. Maka dari itu, menjaga toleransi wajib.

Baca Juga: V BTS Bocorkan Mixtape Pertama, Dikabarkan Bakal Sajikan 13 Lagu, ARMY Yakin Siap?

“Hari ini kami Kota Singkawang mendapatkan penghargaan IKT 2020 di posisi ke-2. Peringkat IKT tahun ini turun, yang sebelumnya kami mendapatkan posisi ke-1. Tentunya, ini menjadi tantangan saya dan jajaran untuk memperbaiki ke depannya. Nanti akan saya kaji faktor yang menyebabkan nilai toleransi di Singkawang menurun,” kata dia.

Walikota Manado GS Vicky Lumentut mengaku bangga atas penghargaan IKT 2020 yang merupakan hasil dari kerja kolektif Pemerintah Daerah Kota Manado dengan masyarakat Kota Manado dalam menjaga toleransi.

“Saya bangga dan terima kasih atas penghargaan ini. Saya menghadiri acara ini ketiga kalinya. Pada 2017 Kota Manado mendapatkan peringkat 1, 2018 turun ke peringkat 4 dan sekarang (IKT 2020) peringkat ke-3. Fluktiatif karena banyak faktor yang mempengaruhi,” tutur dia.

Baca Juga: Tuai Pro dan Kontra, Jubir Satgas Covid-19 Buka Suara Terkait Tahanan KPK Divaksin Lebih Dulu

Ia menilai penurunan peringkat toleransi Kota Manado disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya, pandemi Covid-19, bencana alam dan pengaruh pesta demokrasi Pilkada kemarin yang menjadi penggangu atau faktor yang menurunkan angka toleransi di Kota Manado.

Ia berharap ke depannya toleransi di Manado bisa tetap terjaga, masyarakat Kota Manado mampu menjaga kebebasan berkeyakinan dan keberagaman.

Kemudian, Walikota Kupang Jefri Riwu Kore dalam sambutannya selain mengucapkan terima kasih atas penghargaa IKT 2020. Ia pun menyampaikan upaya yang dilakukan Kota Kupang dalam menjaga toleransi, salah satunya membuat peraturan daerah (Perda) yang meningkatkan atau mendukung toleransi di Kupang.

Baca Juga: Habib Rizieq Dikenakan Pasal 160 KUHP, Refly Harun: Ada yang Imajinasinya Presiden Jokowi Diperlakukan Sama

“Saya bangga, Kupang dapat rangking ke-5. Saya kira Kota Kupang dan semua kota lainnya sama mempunyai rencana bagaimana menjaga keberagamaan, toleransi. Kami membuat terobosan agar memastikan warga di Kupang bebas beribadah,” kata dia.

Terobosan yang dibuat adalah Perda tentang pembuatan rumah ibadah. Perda ini dibuat untuk menjawab persoalan umat Budha di Kota Kupang yang sangat kesulitan untuk beribadah karena tak banyak rumah ibadah Budha di Kota Kupang.

“Kalau ikut aturan yang ada, membuat rumah ibadah bagi umat Budha sangat sulit karena harus ada dukungan dari beberapa penduduk. Melihat syarat tersebut pasti tak bisa, maka kami membuat perda yang memudahkan umat Budha beribadah dengan mendirikan rumah ibadah di Kota Kupang,” ucap dia.

Baca Juga: Soal Kerumunan di NTT, GPI Bidik Jokowi Susul Habib Rizieq

Jefri sangat berharap penghargaan IKT 2020 ini bisa memacu Kota Kupang untuk meningkatkan kembali angka tolerannya, dan ke depan bisa menempati posisi pertama.

Sementara itu, Wakil Walikota Ambon Syarif Hadler mengatakan penghargaan IKT 2020 dari Setara Institute tersebut menjadi pendorong Kota Ambon untuk bisa meningkatkan kembali angka toleransi. Bahkan Syarif menargetkan IKT 2021 Kota Ambon bisa menempati posisi ke-1.

“Kami mengucapkan terima kasih. Kota Ambon sudah 3 kali mendapatkan penghargaan ini (masuk 10 besar). IKT sebelumnya Kota Ambon mendapatkan peringkat ke 5 lalu sekarang turun ke-7. Saya berharap ke depan bisa naik lagi,” tutur dia.

Baca Juga: Sempat Terdengar Ledakan, 9 Rumah Tak Jauh dari Gedung Sate Terbakar 

Ia berharap IKT Kota Ambon tak kembali menurun. Jangan sampai Ambon mengalami kembali seperti Ambon 20 tahun lalu. Ambon 20 tahun lalu seperti kota mati karena dilanda konflik luar biasa, konflik terlama di seluruh dunia.

Bahkan banyak pengamat sosial yang memprediksikan butuh 100 tahun bagi Kota Ambon untuk memulihkan aspek sosial dan budayanya. Namun, nyatanya Kota Ambon bisa pulih dalam 20 tahun.***

Editor: Fitri Nursaniyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah