PR BANDUNGRAYA - Belum lama ini media sosial dihebohkan dengan viralnya foto Welas Yuni Nugroho.
Pria yang merupakan Kepala Desa Purwasaba, Mandiraja, Banjarnegara, Jawa Tengah itu memiliki tato yang memenuhi sekujur tubuhnya.
Pria yang akrab disapa Hoho itu mengakui bahwa pembuatan tato tersebut karena ia ingin seperti gangster yang ada di film.
Baca Juga: Kenali Istilah Doomscrolling, Kebiasaan Membaca Berita Negatif yang Memicu Depresi
Hoho menyukai tato sejak masih kecil, ia terinspirasi dari film yang bertema mafia-mafia bertato sehingga berani memasang tato di tubuhnya. Setidaknya ada 30 kali Hoho mentato tubuhnya.
Jika melihat kondisi sekarang, penggunaan tato sendiri mengalami pergeseran makna.
Dalam komunitas masyarakat adat, tato menjadi bagian dari simbol dan ritual komunitas.
Tato yang diambil dari lukisan tertentu menjadi lambang kekuasaan, kekayaan, dan kearifan dalam ranah komunitas.
Baca Juga: Tekan Angka Perceraian, Pemprov Jabar Dorong Program Usia Pernikahan 21-25 Tahun
Menurut Prof. Dr. Sunyoto Usman dari Universitas Gadjah Mada mengungkapkan bahwa tato kini mengalami pergeseran makna, yang semula dipandang sakral oleh masyarakat adat, lalu bergeser makna menjadi simbol kekuasaan yang erat kaitannya dengan kekerasan.