Libur Panjang Tinggal Menghitung Hari, Waspada Penularan Covid-19 Wisata Staycation Jadi Pilihan

- 26 Oktober 2020, 10:07 WIB
Ilustrasi wisata saat libur panjang di tengah pandemi.
Ilustrasi wisata saat libur panjang di tengah pandemi. /Anadolu Agency

PR BANDUNGRAYA – Sejak Indonesia dilanda pandemi Covid-19 pada Maret 2020 lalu, masyarakat diminta untuk melakukan berbagai kegiatan baik bekerja, belajar hingga beribadah di rumah saja.

Kebosanan pun melanda, terkadang, ada hasrat untuk segera pergi keluar rumah dan mencari suasana baru. Di masa transisi dalam kebiasaan adaptasi normal baru ini, terlebih jelang libur panjang pada akhir Oktober hingga pada bulan Desember mendatang.

Libur panjang nasional yang berlangsung pada 28 Oktober hingga 1 November 2020 bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, dan Cuti Bersama.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Hari Ini: Libra Dapat Cuan Akhir Bulan, Sagitarius Hati-hati dengan Teman Sekantor

Sebagian orang pun mulai bersiap mencari destinasi wisata yang bisa dikunjungi apalagi jika lokasinya tidak jauh dari rumah. Ada pula yang memanfaatkan waktu liburnya untuk tidak bepergian karena kekhawatiran terjadinya penyebaran Covid-19.

Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi memprediksi akan ada lonjakan arus kendaraan saat libur panjang dengan kenaikan mencapai 10-21 persen. Untuk itu, Menhub menghimbau kepada masyarakat agar tidak semuanya melakukan perjalanan pada puncak arus tersebut.

Apabila semua orang bepergian pada 28 Oktober dikhawatirkan kondisi jalan dan tempat-tempat wisata rawan potensi kemacetan dan kerumunan. Ia memperkirakan, nantinya ada tiga titik perjalanan masyarakat saat libur panjang.

Baca Juga: Kebakaran Kejagung Masih Jadi Polemik, Politisi Golkar Bersuara Soal Penetapan Tersangka

Pertama, masyarakat yang menempuh jalur darat menuju ke arah timur. Kedua, masyarakat yang menempuh jalur laut menuju ke arah Sumatera dan ketiga, masyarakat yang menggunakan jalur udara dengan tujuan yang lebih bervariasi.

Namun menurut Budi, jalur darat perlu mendapat perhatian khusus. Sebab potensi kemacetan bisa terjadi pada saat semua orang ingin berlibur ke tempat yang sama dalam satu waktu.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran, tak menampik tren pariwisata akan berubah konsep menjadi staycation. Pasalnya, situasi dan kondisi masyarakat yang saat ini tengah bosan selama berada di rumah saja berbulan-bulan.

Baca Juga: Puluhan Relawan Vaksin Covid-19 di Korea Selatan Tewas, Singapura Hentikan 2 Percobaan Vaksin

“Tren staycation menjadi upaya hotel mencari jalan keluar untuk bertahan di masa pandemi, sehingga akhirnya mereka melihat kebiasaan baru yang digemari oleh orang-orang disekitarnya,” kata Maulana sebagaimana dikutip prbandungraya.pikiran-rakyat.com dari RRI.

Staycation sendiri merupakan gabungan dari dua kata 'stay' dan 'vacation'. Konsep staycation sendiri sempat populer di negara-negara seperti Inggris, Perancis dan Amerika Serikat kala krisis finansial global melanda tahun 2007-2010.

Pada konsepnya, setiap orang atau keluarga turut serta dalam kegiatan liburan di daerah setempat, sambil tetap tinggal di rumah masing-masing.

Baca Juga: Tegas! Hukum Mati Oknum Polisi Terlibat Narkoba, Argo Yuwono: Tahu Undang-Undang dan Tahu Hukum

Singkatnya, staycation berarti istirahat dari rutinitas sehari-hari tanpa pergi terlalu jauh dari rumah.

Dalam Rapat Terbatas Antisipasi Penyebaran Covid-19 Saat Libur Panjang Akhir Oktober 2020 yang ditayangkan dalam akun YouTube Resmi Sekretariat Presiden pada Senin lalu.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan agar kegiatan libur panjang dan cuti bersama jangan sampai berdampak pada kenaikan kasus Covid-19, seperti yang terjadi pada periode 17 Agustus hingga 21 Agustus yang mana dalam sepekan perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia naik cukup drastis.

Baca Juga: Komodo Terancam, Proyek 'Jurassic Park' Pemerintahan Jokowi Ditentang, Warga Bilang Begini

Oleh karena itu, referensi pariwisata, menurut Jokowi, akan berganti dimana masyarakat akan cenderung memilih liburan yang tidak banyak orang, sehingga industri pariwisata dan ekonomi kreatif harus bisa mengantisipasi perubahan tersebut.***

Editor: Fitri Nursaniyah

Sumber: RRI ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x