Sementara itu, tak sedikit juga warga di sana yang mengabadikan momen langka tersebut yang terjadi sejak pagi hari.
Masyarakat berharap dengan kemunculan awan langka tersebut hanya hal biasa dan bukan pertanda akan datangnya sesuatu.
Seperti yang telah diberitakan oleh Kabarjoglosemar.pikiran-rakyat.com dalam artikel yang berjudul Ada Awan Bentuk Semar di Langit Gunung Merapi, Ini Penjelasan BMKG, pihak dari BMKG memberikan penjelasan soal ramainya fenomena langit tersebut.
Kepala Unit Analisa dan Prakiraan Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Yogyakarta Sigit Hadi Prakosa mengatakan hal itu sebagai fenomena alam biasa.
"Masyarakat umum menyebut awan ini sebagai awan topi, awan tudung atau juga awan kanopi karena seolah menjadi penutup yang menyelubungi puncak gunung," ujar Sigit.
Baca Juga: RUU Larangan Minuman Beralkohol Menjadi Sorotan, DPR dan Pemerintah Masih Berdebat Soal Ini
Awan Lenticularis mulai terbentuk saat arus angin yang mengalir sejajar permukaan bumi mendapat hambatan dari objek tertentu seperti pegunungan.
Akibat hambatan tersebut, arus udara tersebut bergerak naik secara vertikal menuju puncak awan.
Jika udara yang naik tersebut mengandung banyak uap air dan bersifat stabil, maka saat mencapai suhu titik embun di puncak gunung uap air tersebut mulai berkondensasi menjadi awan mengikuti kontur puncak gunung. Inilah mengapa awan Lenticularis terbentuk.
Menurut BMKG fenomena langit itu biasa terjadi saat angin kencang bertiup melintasi puncak gunung.*** (Galih Wijaya/ Kabar Joglo Semar)