Aksi Mogok Produsen Tahu-Tempe Sebabkan Kelangkaan, Pengamat Bocorokan 'PR' Besar Pemerintah

- 4 Januari 2021, 10:55 WIB
Produksi tahu dan tempe di Kampung Andir, RT 01/RW 06, Desa Pakutandang, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung.
Produksi tahu dan tempe di Kampung Andir, RT 01/RW 06, Desa Pakutandang, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung. /Galamedia/Engkos Kosasih

Di beberapa daerah misalnya, di Pasar Induk Kramat Jati konsumen mengeluhkan hilangnya tahu dan tempe di pasaran.

Baca Juga: Habib Rizieq Shihab Jalani Sidang Praperadilan Hari Ini, Polisi Siapkan 1.610 Personel Gabungan

"Sudah sejak tahun baru ini aja saya gak ketemu lagi tahu dan tempe di pasar. Saya juga baru tahu hari ini kalau ada mogok kerja dari yang bikin (produsen)," kata salah satu konsumen tahu dan tempe, Nurohatun Hasanah (48) dikutip PRBandungRaya.com dari Antara, Minggu 3 Januari 2021.

Nurohatun selama ini membutuhkan 30 sampai dengan 40 kilogram tahu dan tempe untuk digoreng dan dijual di warteg kawasan Jatinegara, Jakarta Timur.

Namun, sejak produk olahan kedelai itu hilang dari pasaran, Nurohatun beralih menjual kentang goreng dan sayuran.

Baca Juga: KABAR POPULER KEMARIN: Bandung Waspada Puncak Musim Hujan hingga 3 Juta Vaksin Mulai Didistribusikan

"Ada yang lain, misalnya ada kentang sayuran yang lain, kalau ga ada tahu dan tempe. Saya baru tahu katanya kacang kedelai lagi susah," katanya.

Sementara itu, Guru Besar Ekonomi Institut Pertanian Bogor (IPB), sekaligus Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian (Perhepi) Hermanto J. Siregar memberikan pandangannya terhadap aksi mogok yang dilakukan oleh produsen tahu dan tempe yang berakhir Minggu kemarin, 3 Januari 2021.

Hermanto menilai aksi mogok itu lantaran pasokan kedelai menurun karena pemerintah lebih mengandalkan skema impor.

Baca Juga: Hore! Hari Ini Bansos PHK Maksimal Rp250 Mulai Dicairkan, Ini Kriteria Penerima Bansos PKH

Halaman:

Editor: Fitri Nursaniyah

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah