Puluhan Ribu Warga Chili Gelar Aksi Protes di Pusat Kota Santiago, Berujung Pembakaran 2 Gereja

19 Oktober 2020, 14:35 WIB
Ilustrasi puluhan ribu warga Chili gelar protes di Santiago. /PEXELS/LT Chan

PR BANDUNGRAYA - Puluhan ribu warga Chili berkumpul di pusat kota Santiago untuk memperingati satu tahun protes massal yang menewaskan lebih dari 30 orang, dan ribuan lainnya terluka. 

Unjuk rasa yang digelar oleh ribuan warga Chili awalnya berjalan damai, namun ketika menjelang malam hari, aksi diwarnai dengan meningkatnya insiden kekerasan, penjarahan supermarket, dan bentrokan dengan polisi. 

Selain itu, para demonstran Chili melakukan pembakaran terhadap dua gereja, beruntung petugas pemadam kebakaran berhasil mengendalikan kobaran api. 

Baca Juga: Siap-siap! ENHYPEN Akan Debut Bulan Depan, Grup Rookie Asuhan Big Hit Entertaiment dan Mnet I-LAND

Kemudian petugas pemadam kebakaran dan regu penyelamat membuat pagar untuk mencegah runtuhnya bangunan agar tidak menimpa orang-orang di sekitar lokasi. 

Lebih dari 15 stasiun metro ditutup sementara di tengah kerusuhan. Polisi juga menembakkan gas air mata, serta menggunakan mobil water canon untuk menghalau massa. 

Menteri Dalam Negeri Victor Perez memberikan tanggapan dan meminta warga Chili untuk menyampaikan protes dengan cara memberikan suara dalam referendum konstitusi 25 Oktober mendatang. 

Baca Juga: PSHK Sebut UU Cipta Kerja Tanpa Ada Tanda Tangan Presiden Jokowi Tetap Sah

Protes tahun lalu, yang dimulai 18 Oktober, berlanjut hingga pertengahan Desember ketika warga Chili berkumpul untuk menyerukan reformasi sistem pensiun, perawatan kesehatan, dan pendidikan negara. 

Kerusuhan dan penjarahan mengakibatkan kerugian miliaran dolar, tragedi tersebut membuat militer turun ke jalan, untuk pertama kalinya sejak pemerintahan Augusto Pinochet. 

Polisi memperkirakan bahwa unjuk rasa pada Minggu, 18 Oktober 2020, di Santiago sekira 25.000 orang, jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan aksi protes terbesar pada 2019. 

Baca Juga: Pelaku Pembunuh Rangga Sang Pahlawan Kecil Tewas, Begini Keterangan Teman Satu Sel Samsul

Aksi protes tersebut dipimpin oleh para mahasiswa, yang menolak kenaikan tarif metro, dan kenaikan biaya hidup, serta mengungkapkan ketidakpuasan, tentang ketidaksetaraan hidup bagi masyarakat di Chili. 

Para pengunjuk rasa mengatakan konstitusi saat ini, yang dibuat pada tahun 1980 oleh Augusto Pinochet, dinilai tidak melindungi hak asasi manusia, kesejahteraan sosial. 

Sebagaimana dilansir Prbandungraya.pikiran-rakyat.com dari berbagai sumber, diketahui pemerintahan Chili memusatkan kekuasaan di dalam elit, yang memungkinkan sektor swasta dapat mengontrol ekonomi, dan tidak memiliki legitimasi karena dipaksakan pada negara oleh kediktatoran militer. 

Baca Juga: 4 Fakta Kematian Pembunuh Anak 9 Tahun yang Melindungi Ibunya Saat Hendak Diperkosa

Meskipun, Chili dapat mengklaim banyak keberhasilan dalam 30 tahun terakhir, sejak berakhirnya kediktatoran Pinochet, salah satu kelemahan terbesarnya adalah kredibilitas lembaganya dan kurangnya kepercayaan pada elit negara.***

Editor: Fitri Nursaniyah

Sumber: Reuters Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler