Banyak di antaranya orang di Amerika Serikat yang khawatir tentang kemungkinan kasus pada 2016 terulang kembali.
Baca Juga: Dukung Pemulihan Ekonomi Nasional, OJK Perpanjang Relaksasi Restrukturisasi Kredit Selama Setahun
Pada saat itu, peretas yang diduga bekerja untuk intelijen militer Rusia mencuri dan merilis email milik Demokrat terkemuka AS dan tokoh politik lainnya.
Selain Rusia, Direktur Intelijen Nasional AS John Ratcliffe mengatakan Iran melakukan hal serupa untuk mengganggu pemilihan presiden pada November mendatang.
Rusia dan Iran diduga berusaha menghasut kepercayaan warga Amerika dalam integritas pemungutan suara.
Baca Juga: Rekor Sempurna Zinedine Zidane Hadapi Barcelona di Camp Nou
Dua negara tersebut juga diduga telah menyebarkan informasi yang salah dalam upaya untuk mempengaruhi hasil pemilihan.
Dilansir Prbandungraya.pikiran-rakyat.com dari Reuters, diketahui Rusia telah mendapatkan informasi pemilih di AS.
Sementara, Iran mengirim email palsu ke pemilih AS dan berusaha untuk mengintimidasi calon pemilih.
Baca Juga: Hasil Pertandingan Liga Eropa Semalam: Napoli Vs AZ Alkmaar, Tuan Rumah Keok di Kandang Sendiri